Website Paroki St. Fransiskus Asisi Tebet sudah pindah domain
Anda akan dialihkan ke domain yang baru dalam (10) detik...







Jika pengalihan tidak berhasil silahkan klik DISINI untuk beralih secara manual

Jl.H.Ramli No.24, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan 12870 | Tel (021)8303111 | Fax (021)8318217 | E-mail sanfransis@gmail.com

SELAMAT DATANG, PINTU PESTA TUHAN TELAH TERBUKA UNTUK ANDA, SILAHKAN MASUK... "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. Jagalah dirimu di hadapannya dengarkanlah perkataannya" (Kel 23:20-21)

Halaman Muka | Renungan Harian | Dewan Paroki | Wilayah dan Lingkungan | Foto

Jumat, Oktober 29, 2010

Renungan Harian, 29 Oktober 2010

Filed under: Renungan Harian — Tags: Filipi, Renungan Harian — Renungan Harian @ 06:00

Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian. (Fil1:1-11)

Beberapa kali Yesus melanggar hari Sabat yang disucikan oleh orang Yahudi.
Bukan maksud Yesus untuk menciderai hari yang suci itu.

Namun Yesus ingin mengajarkan hal yang benar kepada semua orang
bahwa hari Sabat memang adalah hari istirahat, namun janganlah dijadikan beban.

Yesus memberi teladan untuk menjadikan hari Sabat sebagai hari melaksanakan cinta kasih
dengan meniadakan aturan aturan yang mengaburkan cinta kasih itu sendiri.

Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya. (Mzm 111:2)

sumber :http://renungan-harian.net/

Kamis, Oktober 28, 2010

28 Oktober 2010
Pesta St. Simon & Yudas, Rasul


Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.

Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya.


Renungan
Di dunia ini ternyata Tuhan memilih berbagai macam orang untuk menjadi murid-murid-Nya. Apakah kita juga sungguh ingin menjadi murid Tuhan Yesus? Apakah kita sungguh percaya bahwa Yesus itu Anak Allah yang sejati? Apakah kita sungguh ingin mendengarkan Yesus dan melaksanakan apa yang diajarkan-Nya?

Alexandra adalah seorang yang tertarik sekali dengan pribadi Yesus. Ia percaya bahwa ada kuasa yang mengalir dari diri Yesus, meskipun sekarang ini kita tidak bisa melihatnya dengan mata jasmani. Ia yakin, dengan mata iman, kita masih bisa merasakan kehadiran dan kuasa Yesus. Alexandra juga yakin bahwa kita semua murid Yesus yang beraneka ragam punya kesamaan.

Kesamaan murid-murid Yesus adalah bahwa kita orang-orang yang terpesona pada Yesus dan percaya bahwa Yesus itu Anak Allah yang berkuasa untuk membuat kehidupan menjadi lebih indah dan berarti. Kita—murid-murid Yesus—juga adalah orang-orang yang percaya bahwa kita semua diutus untuk mewartakan kabar gembira Kerajaan Allah di mana pun kita berada.

Tuhan Yesus, aku bersyukur Engkau memanggilku sebagai murid-murid-Mu. Ajarilah aku untuk sungguh hidup sebagai murid sejati, yang tekun mendengarkan dan melaksanakan Sabda-Mu. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

Rabu, Oktober 27, 2010

27 Oktober 2010
St. Frumensius


Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.

Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: ”Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamat­kan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: ”Berjuanglah untuk masuk me­lalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang. Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar.

Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir.”


Renungan
Ada seorang yang bertanya kepada Tuhan: ”Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ, ”Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!”

Benedict berusaha memahami kata-kata Yesus ini. Ia yakin bahwa sebenarnya Tuhan ingin menyelamatkan semua orang. Tuhan memberi kesempatan seluas-luasnya dengan terus-menerus memberikan pengampunan kepada manusia. Tuhan mengutus para nabi, para rasul, dan banyak orang lain dalam kehidupan kita untuk menunjukkan jalan keselamatan. Tuhan menegur kita, mengingatkan kita, memberi kita semangat agar kita berjuang dalam jalan cinta kasih untuk mengalami keselamatan.

Apakah manusia sungguh berjuang untuk mengalami keselamatan? Dengan cara apakah kita seharusnya berjuang di jalan keselamatan? Jangan sampai kita melakukan kejahatan. Tidak cukup kita hanya meminta-minta kepada Tuhan tanpa melakukan kebaikan. Tidak cukup kita hanya mengaku anak-anak Tuhan, tapi tidak hidup seperti anak-anak Tuhan. Semoga kita sungguh berjuang untuk mengalami keselamatan sebagai anak-anak Tuhan yang melakukan kebaikan. Bukan hanya berjuang untuk diri sendiri, tetapi juga memperjuangkan keselamatan bagi semua orang.

Ya Tuhan, berilah aku semangat untuk hidup sebagai anak-anak-Mu dalam kebaikan, keadilan, dan cinta kasih. Bimbinglah aku di jalan menuju keselamatan yang sejati. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

Selasa, Oktober 26, 2010

26 Oktober 2010
St. Lucianus dan Marcianus


Maka kata Yesus: ”Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya.” Dan Ia berkata lagi: ”Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”

Renungan
Theresia sungguh percaya bahwa Kerajaan Allah itu tumbuh dan berkembang. Ia seorang yang optimis dan gembira. Ia memulai hari dengan bersyukur kepada Tuhan dan bertanya kebaikan apa yang bisa dilakukannya hari ini. Di tempat kerja, ia berusaha memberi warna dengan bekerja sebaik-baiknya. Ia senang bekerja sama dengan orang-orang. Ia yakin, kalau keadilan dan kasih ditegakkan, Kerajaan Allah itu akan hadir dan berkembang.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita percaya bahwa Kerajaan Allah itu sungguh ada dan berkembang di dunia? Apakah kita ikut serta menjadi saksi bahwa Kerajaan Allah itu tumbuh seperti biji sesawi menjadi pohon besar yang menaungi banyak orang? Apa yang kita lakukan agar Kerajaan Allah semakin dialami manusia? Apakah kita telah membawa kegembiraan dan harapan bagi sesama? Apakah kita berusaha saling mengasihi dan mengampuni? Apakah kita selalu berlaku adil? Apakah kita berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya? Apakah kita telah membangun keluarga kita menjadi keluarga yang bahagia, rukun, dan damai? Jangan sampai justru kita yang merusak kehadiran Kerajaan Allah dengan sikap yang jauh dari kasih, adil, dan damai. Jangan sampai justru kita yang menabur benih-benih yang bertentangan dengan nilai-nilai Kerajaan Allah, misalnya kebencian, ketidakadilan, dan perpecahan.

Ya Allah, aku bersyukur akan hadir dan berkembangnya Kerajaan-Mu, yaitu Kerajaan kasih, keadilan, dan damai. Izinkanlah aku ikut serta menjadi pelaku bertumbuhnya Kerajaan-Mu di dunia ini. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

Senin, Oktober 25, 2010

25 Oktober 2010
St. Yohanes Ston; Sta. Margaretha; St. Gaudensius; St. Krisantus dan Daria


Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: ”Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah.

Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: ”Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.”

Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: ”Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?” Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya.


Renungan
Pastor Johannes adalah seorang pastor yang murah hati. Ia suka menolong orang yang meminta bantuannya. Namun, sering kali juga ia ditipu. Akan tetapi, hal itu tidak mengurangi kemurahan hati Pastor Johannes untuk menolong orang-orang. ”Biarlah beberapa orang menipu, namun yang sungguh membutuhkan jangan sampai kita tolak,” katanya.

Apakah kita murah hati dalam menolong orang yang membutuhkan bantuan kita? Bila kita ada di paroki atau organisasi, apakah bantuan selalu harus sesuai prosedur? Misalnya, ada yang membutuhkan bantuan, apakah keputusan membantu harus menunggu rapat yang akan datang yang masih lama? Yesus menasihati kita hari ini untuk menolong orang lain dengan tulus hati, bukan karena terikat aturan atau tugas pekerjaan, tetapi lebih karena kewajiban cinta kasih. jangan sampai kita begitu terikat prosedur dan aturan sehingga tidak sanggup memberi pertolongan?

Ya Allah, ajarilah aku untuk menolong orang dengan murah hati. Jangan sampai aku menumpulkan hati dengan alasan apa pun. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

Jumat, Oktober 22, 2010

22 Oktober 2010
Sta. Salome; St. Nunila dan Alodia St. Filipos, St. Hermes dan St. Severus


Yesus berkata pula kepada orang banyak: ”Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?
Dan mengapakah engkau juga tidak memutus­kan sendiri apa yang benar? Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.”


Renungan
Yesus berkata kepada orang banyak: ”Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: ’Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi.’” Manusia memang cukup pandai untuk mengamati banyak hal dan menarik kesimpulan. Sayangnya, tidak semua orang mampu menjadi pemain aktif, apalagi melakukan perubahan. Banyak orang pandai memberi komentar tentang sepak bola, tetapi tidak bisa menjadi pemain sepak bola yang unggul. Banyak orang berkomentar terhadap politik, namun tidak sanggup berjuang di dunia politik untuk kesejahteraan masyarakat. Banyak pemimpin dikritik, namun sulit mencari mereka yang sanggup menjadi pemimpin bermutu. Bahkan, dalam soal kehidupan iman dan agama, ada lebih banyak komentar dan kritik. Lebih mudah berkomentar dan mengkritik ”sesuatu” yang dikerjakan orang lain daripada melakukannya ”sendiri”.

Apakah mungkin kita lebih banyak berbuat daripada berkomentar? Sebaiknya kita memikirkan apa yang bisa kita berikan daripada sibuk mengkritik orang lain? Lebih indah kalau kita berjuang untuk melakukan perubahan dengan dimulai dari mengubah diri sendiri daripada menuntut orang lain berubah.

a Tuhan, ajarilah aku untuk berbuat sesuatu demi sesama. Jangan sampai aku hanya pandai mengamati dan memberi komentar. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

Kamis, Oktober 21, 2010

21 Oktober 2010
St. Hilarion dr Gaza; Sta. Ursula dkk


Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anak­nya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya.”

Renungan
Apakah Yesus membawa damai atau membawa pertentangan? Kata Yesus sendiri, ”Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan.” Jelas bahwa tujuan akhir adalah perdamaian. Yesus pastilah ingin membangun dunia damai. Namun, Yesus tahu bahwa kehadiran-Nya akan membawa pertentangan. Akan ada pertentangan, bahkan di dalam satu keluarga.

Mengapa ada pertentangan dalam keluarga karena kehadiran Yesus? Pertentangan itu terjadi ketika setiap orang mulai melihat dan menilai kembali hidupnya—akan ada yang berjalan baik, akan ada yang berjalan kurang baik sehingga dibutuhkan perubahan dan pertobatan. Di sinilah masalah muncul karena tidak semua ingin dan siap untuk berubah dan bertobat. Apakah kita rela, siap, dan sabar dalam menghadapi perubahan dan pertobatan? Apakah kita sendiri siap berubah dan bertobat? Apakah kita siap menerima orang yang berubah dan bertobat? Kalau terjadi pertentangan, apakah kita siap mencari jalan keluar dengan damai?

Allah Bapa di surga, aku ingin membangun dunia damai. Seandainya ada pertentangan, ajarilah aku untuk lebih saling memahami, mengampuni, dan menerima. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

Rabu, Oktober 20, 2010

20 Oktober 2010
Pw. Magdalena dr Nagasaki; Sta. Maria Bertilla Boscardin; St. Irene dr Portugal, St. Maria - Theresia Soubiran; St. Kaprasius


Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan.”

Kata Petrus: ”Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?”

Jawab Tuhan: ”Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia.

Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan per­siapan atau tidak melakukan apa yang di­­kehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.”


Renungan
Apakah kita sudah sudah siap menghadapi kematian dan mempertanggungjawabkan hidup kita sepenuhnya di hadapan Tuhan? Kata Yesus, ”Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan.” Kita memang tidak tahu kapan akan tiba waktunya. Yang menjadi tanggung jawab kita adalah bersiap sedia setiap saat; lalu berusaha agar pada saatnya semua orang sudah siap.

Dengan apakah kita mempersiapkan diri menghadapi kematian yang tidak terelakkan tersebut? Dengan melakukan pekerjaan kita sebaik-baiknya. Jangan menipu. Jangan mengecewakan orang lain. Dengan mengulurkan tangan untuk mereka yang sedang susah dan menderita. Jangan menolak kesempatan berbuat baik untuk sesama. Jangan ragu-ragu untuk menolong.

Ya Tuhan, ajarilah aku untuk tidak ragu-ragu dalam hal iman, kasih, dan harapan. Bantulah aku untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan bertanggung jawab menyelesaikan kehidupan dengan baik. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

Selasa, Oktober 19, 2010

19 Oktober 2010 St. Paulus dr Salib; St. Petrus dr Alkantara; St. Yohanes de Brebeuf dan Isaac Jogues


”Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya. Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka.”

Renungan
Andi seorang yang aktif dan supel. Ia selalu terlibat dengan dunia di sekitarnya. Di kantor, ia pekerja yang ulet dan bekerja keras. Kapan pun dimintai data dan laporan, ia selalu siap. Ia berusaha menyelesaikan semua pekerjaan dengan sebaik mungkin. Di masyarakat, ia juga anggota masyarakat yang peduli dengan lingkungannya. Ia akrab dengan tetangga-tetangganya. Ketika Andi meninggal dunia, ada begitu banyak orang yang kehilangan. Ia dikenang sebagai orang yang baik hati. Ketika ia dimakamkan, banyak sekali orang yang hadir dan mencucurkan air mata.

Bila kita meninggal dunia, sebagai siapakah kita akan dikenang? Apakah kita akan dikenang sebagai orang baik? Adakah orang yang akan mengucurkan air mata kalau kita yang meninggal? Adakah orang yang kehilangan kalau kita tidak ada lagi di muka bumi ini? Apa yang akan terjadi saat kita menghadapi kematian dapat digambarkan dan diduga dari bagaimana kita menjalani kehidupan saat ini. Jangan sampai kita dilahirkan, menjadi besar, menjadi tua, dan akhirnya mati sia-sia tanpa arti bagi siapa pun.

Ya Tuhan, persiapkanlah aku agar aku dapat mengisi hidupku sebaik mungkin agar berguna bagi orang lain. Jangan sampai hidupku sia-sia dan tidak bermanfaat untuk siapa pun. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

Senin, Oktober 18, 2010

18 Oktober 2010 Pesta St. Lukas Pengarang Injil


Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua men­dahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: ”Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pe­kerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, se­sungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan.

Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.”


Renungan
Pak Didiek sadar akan panggilan dan tugas perutusannya sebagai murid Kristus. Ia ingin membawa damai di mana pun ia berada. Di lingkungan Gereja, ia sungguh berpartisipasi dengan aktif. Bukan hanya sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai anggota biasa. Bukan hanya dengan melakukan sesuatu yang luar biasa, namun dengan kehadiran yang tulus, ia sudah bisa mewartakan damai dan kasih. Di lingkungan masyarakat, ia berusaha menjadi warga masyarakat yang cinta damai, penuh perhatian terhadap tetangga yang sedang sakit atau kesusahan. Ia berusaha mengulurkan tangan membantu mereka yang sakit atau membutuhkan biaya untuk sekolah. Ia bergaul dengan semua kalangan masyarakat tanpa pandang bulu.

Apakah kita juga seperti Pak Didiek sadar akan panggilan dan tugas perutusan kita sebagai murid Yesus di tengah-tengah masyarakat? Apakah kehadiran kita membawa damai dan kegembiraan? Apakah kita diterima dengan tulus oleh tetangga-tetangga kita? Apakah kita menerima dengan tulus orang-orang di sekitar kita? Apakah kita mau melayani sesama dengan gembira?

Ya Tuhan, tuaian memang banyak dan pekerjanya sedikit. Semoga Engkau berkenan memakai diriku untuk mewartakan dan membawa kabar sukacita dan kedamaian yang berasal dari-Mu. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

Jumat, Oktober 15, 2010

Santa Teresia dari Avilla, Perawan

Santo-Santa 15 Oktober

Terlahir dengan nama 'Teresa Sanchez Cepeda Davila y Ahumada' di Avilla, Spanyol Tengah pada tanggal 28 Maret 1515. Beliau dikenal sebagai salah seorang mistisi besar Gereja dan bersama Santa Katarina dari Siena digelar sebagai Pujangga Gereja. Ia terkenal sebagai pembaharu corak hidup membiara di kalangan Ordo Suster-suster Karmelit. Masa aktifnya sebagai seorang Suster Karmelit dimanfaatkannya dengan banyak menulis literatur-literatur mistik Katolik yang bernilai tinggi.

Dari buku autobiografinya, kita mengetahui banyak hal tentang kehidupannya sendiri dan keluarganya. Orang-tuanya saleh dan disiplin namun tidak kaku, dermawan tetapi tidak pemboros. Teresa adalah anak ketiga dari 9 orang bersaudara dari perkawinan kedua ayahnya, Alfonso Sanchez de Cepeda, dengan Beatrice Davila y Ahumada. Bila digabung dengan anak-anak dari perkawinan pertama ayahnya, mereka ada 12 orang bersaudara. Di rumah, Teresa mendapat pendidikan yang baik sehingga membuat dia berkembang menjadi seorang puteri yang riang dan sangat aktif. Pernah suatu hari dalam umur tujuh tahun, ia bersama kakaknya Rodrigo bertekad pergi ke Afrika agar mati sebagai martir, karena mendengar berita penganiayaan orang-orang Kristen di sana oleh orang-orang Moor. Tetapi mereka dihadang oleh pamannya dan dipaksa kembali ke rumah.
Semakin besar, Teresa semakin cantik dan menarik. Penampilannya sangat menyerupai ibunya. Hanya saja, ia sadar akan keelokan wajahnya dan akan jiwanya yang pesolek dan senang dikagumi. Ayahnya cemas sekali akan perkembangannya, sehingga cepat-cepat menyekolahkan dia di sebuah sekolah puteri yang dikelola oleh Suster-suster Santo Agustinus. Di sana ia tinggal di asrama dengan disiplin yang keras. Cara hidup di dalam asrama itu membuat ia insyaf akan perilakunya yang kurang pada tempatnya. Tetapi ia sakit-sakitan dan akhirnya terpaksa kembali ke rumah setelah satu setengah tahun belajar di sekolah itu.

Pada tahun 1538 tatkala berusia 21 tahun, ia masuk biara Karmelit, Inkarnasi di Avilla dengan nama 'Teresa dari Yesus'. Baginya kehidupan membiara adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan jiwanya sendiri dan jiwa orang lain. Namun meski ia berhati teguh, hidupnya tampak kurang bergairah: di rumah ia selalu senang dan tenteram. Ia akrab dengan saudara-saudaranya dan tetangga sekitar. Oleh karena itu hatinya masih tertambat pada keluarganya dan tak sudi untuk berpisah terus. Sebab, di rumah ia selalu senang dan tenteram, serta akrab sekali dengan saudara-saudaranya dan tetangga dekat.

Di biara ia memang melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Namun ia bersikap-acuh tak acuh saja terhadap kehidupan rohaninya bahkan memandang remeh saja dosa-dosanya. Batinnya semakin kacau ketika ayahnya meninggal dunia. Ia jatuh sakit keras dan selama empat hari berada dalam keadaan koma seperti orang yang mendekati ajalnya. Kemudian selama tiga tahun ia lumpuh. Dalam penderitaan itu, ia banyak berdoa dan bersamadi sehingga hidup rohaninya berkembang pesat. Dia dikaruniai banyak rahmat, sehingga sering mengalami ekstase. Pengalaman-pengalaman rohani itu membuat hatinya di penuhi semangat cinta ilahi. Pada tahun 1560 ia pernah menyaksikan kesengsaraan orang-orang di dalam neraka. Sejak itu ia mengalami suatu pertobatan batin yang radikal dan berdoa agar Yesus memperkenankan dia melayaniNya dengan penuh kesetiaan. Untuk itu ia berikrar untuk selalu berbuat yang lebih baik sesuai dengan kehendak Allah.

Pada usia 50-an, Teresa mencita-citakan suatu biara kecil di mana beberapa orang suster, menghayati dengan lebih sungguh aturan-aturan asli Karmelit: Bersama empat orang suster lain, ia' mendirikan biara idamannya itu: 'biara Santo Yosef' di Avilla, pada tanggal 24 Agustus 1562. Tujuan utamanya ialah untuk membaharui semangat hidup suter-suster Karmelit sesuai dengan tujuan aslinya. Usahanya ini mendapat banyak tantangan. Tetapi Paus mendukung usaha pembaharuannya itu. Anggotanya terus bertambah dengan pesat. Selama 20 tahun berikutnya Teresa menjelajahi seluruh Spanyol untuk menyebarluaskan ide pembaharuannya itu, sambil mendirikan biara-biara - semuanya berjumlah 15 - meskipun dengan susah payah. Ciri khas biaranya: kecil, miskin, tertutup terhadap dunia luar dan berdisiplin keras: Semangat pembaharuan yang dihidupkan Teresa menembus pula tembok Ordo Karmel lain yang ada pada masa itu. Mereka pun mulai berbenah diri meneladani Teresa.

Bersama Santo Yohanes dari Salib yang mempunyai semangat pembaharuan yang sama dengannya, Teresa mendirikan pertapaan pertama bagi rahib-rahib Karmelit di Duruelo. Untuk menjaga agar peraturan hidup para Karmelit dipegang teguh, Teresa menuliskannya dalam sebuah buku tebal. Selain itu ia pun banyak menulis buku-buku rohani yang berisi pengalaman-pengalaman rohaninya. Buku-bukunya yang terkenal antaralain: Autobiografi berisi kisah hidupnya sejak kecil; Fondasi berisi uraian tentang upaya pembaharuannya; Istana Batin berisi pengalaman-pengalaman rohaninya. Tulisan-tulisannya ini ditujukan terutama kepada para susternya, namun, karena nilainya yang bersifat universal maka Gereja menganggapnya sebagai kasanah iman Kristen yang tak ternilai harganya bagi pengembangan iman. Dengan demikian tulisan-tulisannya itu menjadi kekayaan Gereja yang berisi ajaran rohani dan mistik Kristen yang dianggap berbobot bagi pembinaan iman umat teristimewa di Spanyol.

Wanita yang penuh wibawa, polos, cantik dan menyenangkan itu jatuh sakit dan meninggal dunia di pangkuan Bd. Anne di biara Alba de Tormes pada tanggal 24 Oktober 1582 sementara dalam suatu perjalanan dari Burgos ke Avilla. Beliau dinyatakan 'kudus' pada tahun 1622 oleh Paus Gregorius XIV (1621-1623) dan diangkat sebagai pelindung Spanyol.

Sumber: http://www.imankatolik.or.id/kalender/15Okt.html

15 Oktober 2010


Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: ”Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah.

Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit.”


Renungan
Banyak orang tergerak untuk memperjuangkan kebenaran. Hati mereka tidak bisa dibungkam. Namun, berjuang untuk kebenaran itu besar resikonya: dibenci, disingkirkan, dan bahkan dibunuh. Apakah Anda pernah dibenci karena menyampaikan kebenaran? Pernahkah Anda disingkirkan karena membela kebenaran? Kalau belum, mungkin saja karena Anda orang yang sangat pandai dan bijaksana ketika menyampaikan pandangan Anda sehingga semua orang bisa menerima. Bisa juga karena Anda belum pernah berani menyampaikan pendapat yang berbeda.

Siapa sebenarnya yang harus kita takuti? Apakah kita takut tidak diterima teman-teman kita kalau kita berbeda? Apakah kita takut tidak populer? Apakah kita takut kepada Tuhan kalau kita tidak berani menyampaikan dan membela kebenaran? Di lingkungan Gereja pun kadang orang masih takut berbeda pendapat. Mengapa harus takut?Apakah kita tidak percaya bahwa Tuhan akan memelihara kita semua? Burung pipit saja dipelihara. Kata Yesus, kita jauh lebih berharga daripada banyak burung pipit. Jadi, jangan takut menyampaikan kebenaran, apa pun risikonya.

Ya Tuhan, ajarilah aku agar tidak pernah takut untuk menyampaikan kebenaran karena Engkau akan selalu melindungiku. Semoga aku juga mau mendengarkan dan taat kepada kebenaran yang Engkau ajarkan. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

Kamis, Oktober 14, 2010

MENJADI KATOLIK

BERIMAN KATOLIK BERAGAMA KATOLIK

Menjadi Katolik, beriman katolik, beragama katolik atau beriman kepada Yesus Kristus berarti orang diajak untuk mengambil sikap tertentu dalam diri dan kehidupannya, dengan cara meninggalkan dunianya yang lama dan berani untuk mengarahkan hidup dalam dunia baru. Menjadi Katolik tidak hanya hidup baru dengan agama Katolik dan ajaran Katolik,
tetapi menjadi manusia yang sungguh-sungguh baru. Menjadi orang beriman Katolik berarti menjadi percaya dan menyerahkan dirinya secara utuh dan penuh kepada Yesus Kristus.

"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2Kor 5:17)

Bagi orang yang telah menanggapi panggilan bebas yang diberikan oleh Allah, dan memilih untuk menjadi Katolik, beriman Katolik dan beragama katolik harus menempuh proses pembelajaran terlebih dahulu sebelum menjadi warga Geraja katolik secara penuh.

Berikut Tahapan yang harus ditempuh/dijalani bagi mereka yang terpanggil untuk mengikuti Yesus Krisuts lewat Gereja Katolik.

* Masa Praketekumenat
Tujuan dari masa prakatekumenat ini agar para simpatisan malaui berkenalan dengan Gereja Katolik, Yesus Kristus, Iman dan cara Hidup Katolik. dimana masa ini ditutup dengan tahap pertama yaitu dengan upacara penerimaan Katekumen.

* Masa katekumenat
Pada masa katekumenat (calon baptis) praktis sudah berhubungan dengan Gereja, bahkan sudah termasuk keluarga Kristus. Dalam masa ini para katekument (calon baptis) semakin mendapat kesempatan lebih banyak dalam pembelajaran pokok-pokok iman katolik dan lebih meningkatkan hidupnya sebagai orang katolik. Masa ini ditutup denga tahap kedua yaitu upacara penerimaan calon Baptis.

* Masa persiapan Terakhir
Masa ini disebut juga masa penyucian dan penerangan, dimana masa ini ditutup dengan tahapa ketiga yaitu dengan upacara penerimaan sakramen baptis/inisiasi (tergantung paroki-paroki ybs). (pada kebijakan tertentu materi mistagogi diberikan terlebih dahulu) sebelum diterimakan sakramen baptis/inisiasi kepada peserta (katekument)

* Masa Mistagogi
mengingat setelah pembatisan belum berarti orang katolik tersebut sudah memahami semua rahasia iman katolik, juga belum sepenuhnya mantap sebagai orang katolik, maka masih perlu disediakan sejumlah bahan lanjutan yaitu mistagogi. Masa Mistagogi ditutup dengan rekoleksi pendalaman iman.

Isi dari tahap dan masa pembelajaran biasanya disesuaikan dengan kebijakan dari masing-masing keuskupan. Kadang kala masa persiapan terakhir juga di berikan pemantapan materi pemahaman iman dalam Misatagogi. dan masa misatagogi ditutup dengan rekoleksi

berikut ilustrasi dari empat masa dan tiga tahap dalam proses menjadi Katolik.


sumber http://www.imankatolik.or.id

Santo Kallistus, Paus dan Martir

Santo-Santa 14 Oktober



Kisah masa kecil Kallistus tidak diketahui jelas. Konon, ia adalah putera Domisius, pelayan keluarga Bapak Carpophorus yang kaya raya. Pada awal abad ke-3, ia ditahbiskan menjadi diakon oleh Sri Paus Zepherinus (199-217) dan ditugaskan Paus untuk menjaga dan mengurus pekuburan serani di Jalan Appia di luar kota Roma. Kuburan ini ada di dalam katakombe yang kemudian lazim disebut Kuburan Santo Kallistus. Kallistus menghiasi kuburan itu dengan gambar-gambar yang indah dan memperluasnya. Banyak imam dan martir dimakamkan di dalamnya.

Teladan Kallistus menarik hati seluruh umat Kristen. Oleh karena itu sepeninggal Paus Zepherinus, Kallistus dipilih menjadi Paus. Kepemimpinannya dibayangi oleh Hipolitus, seorang calon lain yang gagal menjadi Paus menggantikan Paus Zepherinus dan karena itu mengangkat dirinya menjadi Paus tandingan (217-235). Kallistus dikenal sangat baik. Ia mengampuni orang-orang Kristen yang bertobat dan memberikan kedudukan resmi di dalam Gereja ke pada orang-orang itu. Dalam masa kepemimpinannya, banyak orang Kristen ditangkap dan dibunuh karena imannya. Kallistus sendiri pun ditangkap dan dipenjarakan. Di dalam penjara, ia menyembuhkan seorang prajurit bernama Privatus. Tak lama kemudian, Kallistus sendiri mati ditenggelamkan di dalam perigi di Trastevere, Roma pada tahun 222 pada masa pemerintahan Kaisar Aleksander.

Sumber: http://www.imankatolik.or.id/kalender/14Okt.html

Rabu, Oktober 13, 2010

13 Oktober 2010


”Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar per­sepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan ke­adilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya.”

Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya: ”Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga.” Tetapi Ia menjawab: ”Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun.”


Renungan
Ada orang-orang yang memperhatikan dan melaksanakan semua kewajiban agamanya. Syukurlah. Semoga yang dilaksanakan bukan hanya apa yang tampak, namun juga berusaha bersikap adil dan penuh cinta kasih. Misalnya, apakah persepuluhan itu wajib? Tidak semua Gereja mewajibkan. Namun, silakan bila ada yang sungguh ingin melaksanakannya. Apakah kita juga bermurah hati terhadap mereka yang meminta pertolongan kita? Apakah kita sungguh bersikap adil terhadap sesama?

Pernahkah kita menolak mengulurkan tangan untuk menolong, padahal kita bisa menolong? Pedulikah kita dengan mereka yang menderita? Tergerakkah hati kita ketika ada orang yang kesusahan? Apakah kita sering memberi atau menjadi beban kehidupan orang lain? Apakah kita termasuk orang yang hatinya digerakkan oleh belas kasih atau kita termasuk orang yang tidak peduli? Apakah kita masih punya hati?

Ya Tuhan, terima kasih Engkau telah menggerakkan hati orang-orang untuk mengulurkan tangan kepada sesama yang kesusahan. Panggilah diriku juga untuk ikut mengulurkan tangan bagi sesama yang menderita. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

Selasa, Oktober 12, 2010

Asisi Talk Show - 9 Oktober 2010





HUT ke 44 Paroki St. Fransiskus Asisi Tebet (3 Okt'2010)



12 Oktober 2010


Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan.

Tetapi Tuhan berkata kepadanya: ”Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.”


Renungan
Banyak orang setiap hari bercermin untuk berdandan atau sekadar melihat apakah penampilannya sudah rapi. Ada yang menjadi lebih cantik sesudah berdandan. Ada juga yang makin terlihat jelek meskipun sudah berdandan berjam-jam. Ada yang sebentar-bentar melihat cermin entah untuk apa. Kita begitu peduli dengan penampilan luar kita begitu khawatir ketika rambut kita acak-acakan. Kita takut rambut kita menjadi putih dan kulit muka kita semakin keriput? Mengapa kita takut menjadi tidak cantik lagi. Mengapa kita begitu khawatir dengan hal-hal lahiriah kita?

Kata Yesus, ”Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan.” Orang-orang Farisi adalah mereka yang hanya memperhatikan penampilan luar termasuk kehidupan keagamaan mereka. Mereka harus tampak sebagai orang terhormat. Dalam soal agama, mereka senang mempertunjukkan kesalehan dan doa mereka.

Semoga kita lebih memperhatikan isi hati kita daripada penampilan dan sikap kita yang terlihat. Semoga kita dengan tulus hati melayani dan memberikan hidup kita untuk kepentingan sesama.

Ya Tuhan, bersihkanlah hati dan hidupku. Jangan sampai aku hanya memperhatikan penampilan dan tingkah lakuku yang tampak dari luar saja. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

Senin, Oktober 11, 2010

TRIDUUM PADRE PIO Jumat, 17 s/d Sabtu 19, September 2010.-2





TRIDUUM PADRE PIO Jumat, 17 s/d 19 September 2010





kegiatan "Simeon Hanna" jalan pagi pada Hut Proklamasi RI 17 Augustus 2010





11 Oktober 2010


Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: ”Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!”

Renungan
Sudah lama teman-teman ingin mengajak Andreas berubah dan bertobat. Namun, tidak seorang pun berhasil memengaruhi Andreas. Andreas juga sebenarnya sadar bahwa ia harus berubah dan bertobat. Namun, tidak mudah baginya untuk berubah. Memang ada saja alasan untuk tidak berubah.

Berapa banyak orang yang sangat sulit misalnya untuk berhenti dari kebiasaan merokok atau minuman keras atau kebiasaan lainnya? Berapa banyak orang yang tahu bahwa korupsi itu tidak baik tetapi tidak bisa menahan diri untuk korupsi? Berapa banyak orang yang merasa sering marah atau bahkan sering memukul anak-anak padahal merasa itu tidak baik ? Apakah kita termasuk orang yang mudah ditegur? Apakah kita bisa menerima kalau ada orang yang mengingatkan kita akan perilaku kita yang buruk? Apakah kita sungguh ingin bertobat dan tidak berbuat dosa lagi?

Apakah sabda Tuhan Yesus pun tidak cukup untuk mengingatkan kita untuk berubah dan bertobat? Apakah bahkan Tuhan Yesus sendiri tidak bisa menegur atau mengingatkan kita? Barangkali memang karena kita sendiri tidak ingin berubah dan bertobat, dengan alasan apa pun atau demi siapa pun! Ada yang berubah demi suami atau istrinya. Ada yang bertobat demi anak-anaknya. Ada yang memang tidak mau berubah dan bertobat sama sekali.

Ya Tuhan, ajarilah aku untuk berubah dan bertobat. Ajarilah aku untuk menerima ketika Engkau mengingatkan atau menegurku. Terima kasih atas kesempatan dan waktu yang terus-menerus Kauberikan bagiku. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

Minggu, Oktober 10, 2010

Jumat, Oktober 08, 2010

8 Oktober 2010


Tetapi ada di antara mereka yang ber­­­kata: ”Ia mengusir setan dengan ku­asa Beelzebul, penghulu setan.” Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: ”Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh.

Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu.

Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.

Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian, dan karena ia tidak mendapatnya, ia berkata: Aku akan kem­bali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu ber­sih tersapu dan rapi teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya, dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula.”


Renungan
Ada sebuah rumah yang—katanya—banyak setannya. Banyak pemuka agama diundang untuk memberkati rumah itu. Beberapa saat sesudah diberkati, rumah itu menjadi tenang dan damai. Namun, sesudah itu setan kembali lagi rupanya. Apakah kita bisa mengusir setan? Kita tidak bisa. Hanya Tuhan yang bisa.

Marilah kita mengundang Tuhan agar sungguh tinggal dalam hati kita, dalam hidup kita, dalam keluarga kita, di rumah kita, atau di mana pun kita tinggal dan bekerja. Tuhan harus diundang terus-menerus oleh mereka yang beriman.

Pemberkatan rumah oleh pemuka agama tidak banyak artinya, kalau penghuni rumah sendiri tidak terus-menerus mengundang Tuhan untuk hadir. Kalau kita sendiri kurang berdoa, kurang beriman, kurang mengundang Tuhan, maka ada ruang kosong di mana setan dan berbagai roh jahat akan mampir dan tinggal.

Tuhan hadir ketika kita saling mengasihi dan saling mengampuni. Tuhan hadir ketika manusia berdamai dengan sesamanya. Apakah kita sungguh mengundang Tuhan hadir dan mengisi hidup kita?

Ya Tuhan, aku percaya bahwa Engkau hadir ketika kami sebagai orang beriman berkumpul dalam nama-Mu. Berilah aku rahmat untuk dapat merasakan kehadiran-Mu di mana pun aku berada. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

Kamis, Oktober 07, 2010

7 Oktober 2010 Pw S P Maria, Ratu Rosario


Lalu kata-Nya kepada mereka: ”Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara.

Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya.

Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.

Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”


Renungan
Albertus berusaha menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya. Segala kebutuhan anaknya selalu diusahakannya. Kalau anaknya minta sesuatu, ia akan memperhatikan dan berusaha memenuhi sebisa-bisanya. Albertus juga percaya bahwa Bapa di surga juga akan memenuhi kebutuhan hidupnya dan mengabulkan permohonan-permohonannya.

Kata Yesus, ”Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” Apakah kita masih ragu-ragu untuk meminta, mencari, dan mengetok pintu kebaikan Allah Bapa di surga? Percayakah kita bahwa Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan dalam kehidupan? Apakah kita pernah meminta Roh Kudus untuk menjadi sumber kehidupan dan kekuatan kita dalam perjuangan hidup?

Terhadap anak-anak kita, apakah kita juga berusaha memenuhi kebutuhan mereka? Bukan hanya yang jasmani, namun juga kebutuhan emosional, intelektual, dan spiritual mereka. Terhadap sesama, khususnya mereka yang lebih menderita, apakah kita sudah berusaha mengulurkan tangan? Maukah kita menjadi perpanjangan tangan kasih Allah yang memberi dengan melimpah dan murah hati?

Allah Bapa yang murah hati, aku percaya bahwa semua yang kumiliki berasal dari kemurahan-Mu. Terima kasih, ya Bapa. Semoga aku juga murah hati bagi mereka yang menderita dan membutuhkan pertolonganku. Berilah aku Roh Kudus-Mu. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

Rabu, Oktober 06, 2010

6 Oktober 2010


Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: ”Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.” Jawab Yesus kepada mereka: ”Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”

Renungan
Pak Herman rajin berdoa. Buku doa apa pun yang ada dibelinya dan dipakainya untuk berdoa. Acara doa apa pun pasti dihadirinya. Kalau diminta berdoa, ia selalu saja mau. Ia sering duduk diam dan berdoa di gereja—di bangku belakang atau dekat patung Yesus dan Maria. Apa yang didoakannya? Katanya ia mendoakan siapa saja yang membutuhkan doa. Ia berdoa untuk bangsa-bangsa yang berperang, mereka yang kelaparan, sakit, yang meninggal, atau yang sedang kesusahan. Ada banyak orang perlu didoakan termasuk orang-orang yang tidak dikenal. Katanya, karena semua manusia di dunia itu anak Bapa di surga yang perlu didoakan.

Bagaimana dengan kita sendiri? Untuk siapakah kita berdoa? Apakah kita berdoa hanya untuk diri sendiri? Apakah hanya keluarga dan orang-orang yang kita kasihi yang didoakan? Apakah kita berdoa untuk orang-orang yang kesusahan? Apakah kita berdoa untuk seluruh dunia yang sedang krisis? Untuk bangsa yang sedang menderita? Untuk orang yang bersalah dan menyakiti hati kita? Maukah kita mendoakan semua orang yang membutuhkan doa-doa kita, entah diminta maupun tidak? Maukah kita mendoakan juga orang-orang yang tidak kita kenal?

Ya Bapa, ajarilah aku berdoa kepada-Mu untuk kepentingan semua anak-Mu di dunia ini. Ajarilah aku juga berdoa dan mengampuni mereka yang menyakiti hatiku. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

Selasa, Oktober 05, 2010

05 Oktober 2010


Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

Renungan
Di paroki ada berbagai jenis orang. Ada yang ke sana kemari sibuk melayani. Ada yang tidak aktif sama sekali. Ada yang hanya muncul kalau ada kegiatan doa dan yang lain hanya muncul kalau ada pesta dan makanan. Banyak orang tidak mau menjadi pengurus. Sebagian besar senang menjadi anggota saja. Susah mencari orang yang mau menjadi ketua.
Kata Yesus, kita jangan khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara. Apakah kita bisa memilih bagian yang terbaik yang tidak akan diambil dari kita? Setiap orang mempunyai talenta dan bakatnya masing-masing. Tidak semua harus sama peran dan tanggung jawabnya.

Apakah kita sudah memilih bagian yang terbaik yang tidak akan diambil dari kita? Apakah kita sudah melayani tanpa pamrih dan tanpa mengeluh? Apakah kita melayani dengan tulus tanpa menyalahkan orang lain yang hanya diam saja? Apakah kita sering menganggap remeh orang yang hanya berdoa saja? Siapa tahu yang rajin berdoa juga telah memilih bagiannya yang terbaik. Apakah aku sungguh dengan rela mau melayani tanpa membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain?

Ya Tuhan, ajarilah aku untuk duduk diam mendengarkan diri-Mu. Ajarilah aku juga melayani dengan tulus, gembira, tanpa pamrih, dan tanpa mengeluh; jangan sampai aku hanya menyalahkan orang lain. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

Senin, Oktober 04, 2010

4 Oktober 2010 Pw Fransiskus Asisi


Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: ”Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya: ”Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Jawab orang itu: ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya: ”Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: ”Dan siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus: ”Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"


Renungan
Ibu Kristin adalah seorang yang sederhana tapi luar biasa. Penampilannya biasa saja. Di paroki tidak banyak orang yang tahu bahwa ia sering pergi ke gang-gang di belakang rumahnya untuk mencari orang yang sedang susah. Kalau ada yang sakit dan tidak bisa berobat, ia mencarikan jalan dan bantuan agar yang sakit bisa berobat. Kalau ada anak tidak punya uang sekolah, ia berusaha membantu atau mencarikan orangtua asuh.

Kata Yesus, ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Siapakah sesamaku? Kasihilah mereka yang kauanggap orang asing. Kasihilah mereka yang bukan merupakan kewajibanmu. Kasihilah mereka yang tidak kaukenal. Kasihilah mereka yang mungkin malahan membencimu. Kasihilah orang-orang yang sulit kaukasihi.

Apakah aku mau mengasihi orang-orang di sekitarku, khususnya mereka yang membutuhkan bantuan dan menderita? Apakah aku mau mengasihi mereka yang mengecewakan atau menyakiti hatiku? Apakah aku bahkan mau mengasihi musuh-musuhku?

Ya Tuhan, ajarilah aku mengasihi orang-orang yang sulit aku kasihi. Semoga dengan demikian aku dapat mengasihi Engkau dengan segenap hatiku dan dengan segenap jiwaku dan dengan segenap kekuatanku dan dengan segenap akal budiku. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

Jumat, Oktober 01, 2010

1 Oktober 2010


Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: ”Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”

Renungan
Anton datang ke reuni teman-teman sekolahnya. Wah, banyak yang datang. Sebagian besar datang dengan mobil yang bagus-bagus. Mereka sekarang umumnya bekerja di perusahaan-perusahaan besar, entah milik pemerintah, entah swasta. Banyak juga yang menjadi pengusaha berhasil. Ada juga yang menjadi pejabat tinggi dan tokoh partai politik. Rupanya semuanya sudah menjadi orang besar. Anton merasa ”kecil” sendiri karena ia merasa tidak sesukses teman-temannya.

Apakah ukuran di Kerajaan Allah sama dengan di dunia? Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Allah? Kata Yesus adalah mereka yang bisa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil. Yesus sendiri meskipun adalah Allah, namun Ia memilih menjadi manusia—menjadi hamba—bahkan mati di kayu salib. Yesus adalah Anak Allah yang memilih menyerahkan hidup-Nya kepada Bapa-Nya. Yesus itulah yang merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil karena ingin melayani dan memberikan hidup-Nya bagi keselamatan kita manusia.

Apakah kita mau menjadi seperti Yesus? Apakah kita mau merendahkan diri untuk melayani sesama? Apakah kita mau seperti anak kecil, menyerahkan hidup kita kepada Bapa di surga? Siapakah sesamaku yang membutuhkan aku? Apakah aku rela memberikan diriku untuk kebahagiaan orang lain?

Allah Bapa di surga, ajarilah aku menjadi seperti anak kecil di hadapan-Mu. Ajarilah aku seperti Yesus merendahkan diri untuk melayani dan menyelamatkan orang lain. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010