- Bacaan I: Rm 8:31b–39
- Mazmur: Mzm 109:21–22,26–27,30–31
- Injil: Luk 13:31–35
Renungan
Yesus masih dalam perjalanan ke Yerusalem sebagai tujuan akhir perjalanan-Nya. Yerusalem adalah tempat para nabi dibunuh. Yesus yang mengerti diri-Nya juga sebagai nabi melihat nasib-Nya akan berakhir di Yerusalem. Ketika para rasul menghalangi dia untuk pergi ke Yerusalem karena mereka tahu bahwa dia pasti akan dibunuh di sana, Yesus dengan tegas menghardik mereka. Dia tidak takut sedikit pun akan apa yang menjadi risiko pilihan hidup-Nya. Dia tidak menunjukkan sikap kompromi kepada orang-orang yang menjadi lawan-Nya. Dia secara terbuka memanggil Herodes sebagai serigala.
Menjadi nabi dan menyerukan suara kenabian memang menanggung risiko berat. Kita menjadi musuh banyak orang. Oleh karena itu, begitu sering kita memperhalus inti pewartaan kita dengan lebih diplomatis dan malah berkompromi dengan orang-orang yang menentang kita dengan mengorbankan kebenaran. Begitu sering kita tidak mengatakan kebenaran hanya karena mau menyenangkan orang lain. Kita begitu takut untuk tidak disenangi orang. Paulus—dalam suratnya kepada umat di Tesalonika—mengingatkan kita supaya ”berbicara” bukan untuk menyenangkan hati manusia, tetapi menyenangkan hati Allah (bdk. 1Tes. 2:4).
Ya Tuhan, berilah aku kekuatan dan keberanian untuk mewartakan hanya kebenaran. Apa pun yang terjadi, kuserahkan segalanya dalam perlindungan-Mu. Amin.
Diambil dari Ziarah Batin 2011
0 comments:
Posting Komentar