Selasa, November 15, 2011
ZIARAH BATIN
Selasa, 15 November 2011
Pekan Biasa XXXIII (H)
St. Albertus Agung; B. Magdalena Morano; B. Marie de la Passion
Bacaan I: 2Mak. 6:18–31
Mazmur : 4:2–3,4–5,6–7
Bacaan Injil : Luk. 19:1–10
Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: ”Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: ”Ia menumpang di rumah orang berdosa.” Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: ”Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Kata Yesus kepadanya: ”Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
Renungan
Perjumpaan dengan Yesus secara langsung mendorong Zakheus bertobat. Pertobatan Zakheus diwujudkan dengan tindakan memberikan setengah kekayaannya kepada orang miskin. Zakheus juga berjanji untuk mengembalikan apa yang sudah diambilnya, empat kali lipat. Apa yang terjadi dalam diri Zakheus adalah bagaimana seharusnya sebuah pertobatan sejati. Pertobatan sejati itu konkret, nyata.
Pertobatan yang konkret bukan hanya berisi pengakuan akan dosa-dosa yang telah dilakukan saja, tetapi terlebih bagaimana orang mengubah hidupnya menjadi sama sekali baru. Kehendak untuk bertobat secara konkret membuat orang berani mengambil risiko meninggalkan segala dosanya dan memberikan silih bagi orang-orang yang terlukai karena dosanya. Silih itu bisa berupa ucapan tulus permintaan maaf, mengganti kerugian yang timbul akibat dosa itu, dan melakukan kebaikan-kebaikan lain yang berlawanan dengan dosa yang diperbuat. Semoga teladan Zakheus mendorong kita untuk menghayati pertobatan sejati.
Doa: Tuhan, semoga aku mempunyai keberanian untuk bertobat seperti Zakheus. Berkat rahmat-Mu, semoga aku mampu mewujudkan pertobatan itu dalam tindakan-tindakan konkret, bukan hanya dalam kata-kata saja. Amin.
(obormedia)
Pekan Biasa XXXIII (H)
St. Albertus Agung; B. Magdalena Morano; B. Marie de la Passion
Bacaan I: 2Mak. 6:18–31
Mazmur : 4:2–3,4–5,6–7
Bacaan Injil : Luk. 19:1–10
Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: ”Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: ”Ia menumpang di rumah orang berdosa.” Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: ”Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Kata Yesus kepadanya: ”Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
Renungan
Perjumpaan dengan Yesus secara langsung mendorong Zakheus bertobat. Pertobatan Zakheus diwujudkan dengan tindakan memberikan setengah kekayaannya kepada orang miskin. Zakheus juga berjanji untuk mengembalikan apa yang sudah diambilnya, empat kali lipat. Apa yang terjadi dalam diri Zakheus adalah bagaimana seharusnya sebuah pertobatan sejati. Pertobatan sejati itu konkret, nyata.
Pertobatan yang konkret bukan hanya berisi pengakuan akan dosa-dosa yang telah dilakukan saja, tetapi terlebih bagaimana orang mengubah hidupnya menjadi sama sekali baru. Kehendak untuk bertobat secara konkret membuat orang berani mengambil risiko meninggalkan segala dosanya dan memberikan silih bagi orang-orang yang terlukai karena dosanya. Silih itu bisa berupa ucapan tulus permintaan maaf, mengganti kerugian yang timbul akibat dosa itu, dan melakukan kebaikan-kebaikan lain yang berlawanan dengan dosa yang diperbuat. Semoga teladan Zakheus mendorong kita untuk menghayati pertobatan sejati.
Doa: Tuhan, semoga aku mempunyai keberanian untuk bertobat seperti Zakheus. Berkat rahmat-Mu, semoga aku mampu mewujudkan pertobatan itu dalam tindakan-tindakan konkret, bukan hanya dalam kata-kata saja. Amin.
(obormedia)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar