Website Paroki St. Fransiskus Asisi Tebet sudah pindah domain
Anda akan dialihkan ke domain yang baru dalam (10) detik...







Jika pengalihan tidak berhasil silahkan klik DISINI untuk beralih secara manual

Jl.H.Ramli No.24, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan 12870 | Tel (021)8303111 | Fax (021)8318217 | E-mail sanfransis@gmail.com

SELAMAT DATANG, PINTU PESTA TUHAN TELAH TERBUKA UNTUK ANDA, SILAHKAN MASUK... "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. Jagalah dirimu di hadapannya dengarkanlah perkataannya" (Kel 23:20-21)

Halaman Muka | Renungan Harian | Dewan Paroki | Wilayah dan Lingkungan | Foto

Senin, Januari 16, 2012

16 Januari 2012
Pekan Biasa II (H)
Sta. Priscilla; St. Marcellus I; St. Honoratus; St. Berardus

Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: ”Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?”

Jawab Yesus kepada mereka: ”Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada wak­tu itulah mereka akan berpuasa. Tidak se­orang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika de­mikian kain penambal itu akan men­ca­bik­nya, yang baru mencabik yang tua, lalu ma­kin besarlah koyaknya. Demikian juga ti­dak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kan­tong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hen­dak­­nya disimpan dalam kantong yang baru pula.”


Renungan
Lupa diri karena kekuasaan atau uang sering kita jumpai dalam masyarakat. Tidak sedikit orang yang sudah disetir oleh kekuasaan atau uang dan melupakan jati diri dan hakikat tugasnya. Sudah banyak contoh di kalangan para pejabat dan politisi yang terjerembab dalam situasi seperti itu. Biasanya mereka berakhir dengan kritik dan penolakan oleh masyarakat.

Pengalaman Saul, dalam bacaan pertama, memberi pelajaran berharga bagi kita. Saul yang tadinya diangkat menjadi raja kini ditolak oleh Allah karena ulahnya sendiri, yakni tidak menaati firman Tuhan. Ia malahan membiarkan rakyat menjarah dan melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan. Ia berupaya membenarkan dirinya dengan mengklaim bahwa kambing domba dan lembu-lembu terbaik akan dipersembahkan kepada Allah. Namun, Saul telah melupakan prinsip yang paling penting ialah bahwa ketaatan kepada firman dan kehendak Allah melampaui segala upacara ritual keagamaan. ”Sesungguhnya, mengamalkan sabda lebih baik daripada kurban sembelihan, menuruti firman lebih baik daripada lemak domba jantan” (1Sam. 15:22).

Injil hari ini mengingatkan kita bahwa masih banyak orang yang mengaku beragama, tetapi hidup dalam mentalitas Farisi, yakni sekadar menambal secarik kain yang belum susut pada baju tua atau mengisi anggur pada kantong kulit tua. Artinya, mereka hanya terpaku pada ritual-ritual kuno dan tidak rela meninggalkan kebiasaan yang tidak punya makna lagi. Mereka tidak terbuka pada pembaruan. Yesus mengajak para pengikut-Nya untuk menyimpan anggur baru dalam kantong yang baru pula, artinya terbuka pada cara baru untuk berelasi dengan Allah dan orang-orang lain. Perubahan pertama-tama bersifat batiniah, bukan sekadar eksternal atau luaran. Perubahan harus bertumpu pada relasi-relasi atas dasar kasih.

Tuhan Yesus Kristus, bukalah hatiku untuk tidak melupakan Sabda keselamatan-Mu. Berilah aku hati yang taat dan terbuka untuk selalu Kauperbarui. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2011

0 comments: