- Bacaan I: 1Sam. 15:16–23
- Mazmur: Mzm 50:8–9.16bc–17.21.23; R: 23b
- Injil: Mrk. 2:18–22
Jawab Yesus kepada mereka: ”Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.”
Renungan
Lupa diri karena kekuasaan atau uang sering kita jumpai dalam masyarakat. Tidak sedikit orang yang sudah disetir oleh kekuasaan atau uang dan melupakan jati diri dan hakikat tugasnya. Sudah banyak contoh di kalangan para pejabat dan politisi yang terjerembab dalam situasi seperti itu. Biasanya mereka berakhir dengan kritik dan penolakan oleh masyarakat.
Pengalaman Saul, dalam bacaan pertama, memberi pelajaran berharga bagi kita. Saul yang tadinya diangkat menjadi raja kini ditolak oleh Allah karena ulahnya sendiri, yakni tidak menaati firman Tuhan. Ia malahan membiarkan rakyat menjarah dan melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan. Ia berupaya membenarkan dirinya dengan mengklaim bahwa kambing domba dan lembu-lembu terbaik akan dipersembahkan kepada Allah. Namun, Saul telah melupakan prinsip yang paling penting ialah bahwa ketaatan kepada firman dan kehendak Allah melampaui segala upacara ritual keagamaan. ”Sesungguhnya, mengamalkan sabda lebih baik daripada kurban sembelihan, menuruti firman lebih baik daripada lemak domba jantan” (1Sam. 15:22).
Injil hari ini mengingatkan kita bahwa masih banyak orang yang mengaku beragama, tetapi hidup dalam mentalitas Farisi, yakni sekadar menambal secarik kain yang belum susut pada baju tua atau mengisi anggur pada kantong kulit tua. Artinya, mereka hanya terpaku pada ritual-ritual kuno dan tidak rela meninggalkan kebiasaan yang tidak punya makna lagi. Mereka tidak terbuka pada pembaruan. Yesus mengajak para pengikut-Nya untuk menyimpan anggur baru dalam kantong yang baru pula, artinya terbuka pada cara baru untuk berelasi dengan Allah dan orang-orang lain. Perubahan pertama-tama bersifat batiniah, bukan sekadar eksternal atau luaran. Perubahan harus bertumpu pada relasi-relasi atas dasar kasih.
Tuhan Yesus Kristus, bukalah hatiku untuk tidak melupakan Sabda keselamatan-Mu. Berilah aku hati yang taat dan terbuka untuk selalu Kauperbarui. Amin.
Diambil dari Ziarah Batin 2011
0 comments:
Posting Komentar