Website Paroki St. Fransiskus Asisi Tebet sudah pindah domain
Anda akan dialihkan ke domain yang baru dalam (10) detik...







Jika pengalihan tidak berhasil silahkan klik DISINI untuk beralih secara manual

Jl.H.Ramli No.24, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan 12870 | Tel (021)8303111 | Fax (021)8318217 | E-mail sanfransis@gmail.com

SELAMAT DATANG, PINTU PESTA TUHAN TELAH TERBUKA UNTUK ANDA, SILAHKAN MASUK... "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. Jagalah dirimu di hadapannya dengarkanlah perkataannya" (Kel 23:20-21)

Halaman Muka | Renungan Harian | Dewan Paroki | Wilayah dan Lingkungan | Foto

Kamis, Februari 02, 2012

2 Februari 2012
Pekan Biasa IV Pesta Yesus Dipersembahkan di Kanisah (P)
Sta. Yoana Lestonac; B. Eugenia de Smet; B. Theofanus Venard

Dan ketika genap waktu pentahiran, me­nu­rut hukum Taurat Musa, mereka mem­bawa Dia ke Yerusalem untuk me­nye­rahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada ter­tulis dalam hukum Tuhan: ”Semua anak laki-laki sulung ha­rus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mem­per­sembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepa­sang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: ”Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepa­da Maria, ibu Anak itu: ”Sesungguhnya Anak ini ditentu­kan untuk menjatuhkan atau mem­bang­kitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan per­bantahan—dan suatu pedang akan menembus jiwa­mu sendiri —, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.


Renungan
Keluarga Paskalis sempat mengeluh karena anak-anak mereka malas ke Gereja. Tidak hanya itu, mereka juga khawatir bahwa dua anak mereka terjerumus pergaulan yang tidak sehat. ”Buah jatuh tak akan jauh dari pohon”, begitu sebuah pepatah mengatakan. Keluarga Paskalis seharusnya bertanya pada diri sendiri, apakah mereka telah cukup mendidik dan memberi contoh pada anak-anak mereka?

Apa yang dilakukan Maria dan Yosef dapat dijadikan sebagai contoh dan model pendidikan iman anak. Maria dan Yosef adalah keluarga yang taat pada aturan agama. Menurut hukum Taurat, 40 hari sesudah kelahiran anak sulung, orang tua harus pergi ke Kanisah untuk mempersembahkan anak kepada Tuhan sekaligus untuk mentahirkan ibunya (bdk. Kel. 13:2,1–6; Im. 12:1–8). Memperkenalkan anak pada Tuhan dan pada tradisi agama adalah tugas orang tua. Bila tugas ini dijalankan dengan baik, niscaya akan tertanam pada anak-anak kecintaan yang tulus pada agama dan Tuhannya. Keluarga Paskalis tidak perlu berkeluh kesah seandainya mereka menjalankan tugas mereka sebagai orang tua dengan baik.

Tuhan, tumbuhkanlah semangat dan tekad yang kuat pada diri orang tua untuk bersedia menanamkan nilai-nilai positif pada anak-anak mereka. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2011

0 comments: