- Bacaan I: Sir. 47:2–11
- Mazmur: Mzm 18:31.47.50.51; R: 47b
- Injil: Mrk. 6:14–29
Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: ”Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!”, lalu bersumpah kepadanya: ”Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!” Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: ”Apa yang harus kuminta?” Jawabnya: ”Kepala Yohanes Pembaptis!” Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: ”Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!” Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya. Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.
Renungan
Alkisah ada seorang yang mengaku dapat membuat pakaian ajaib. ”Pakaian buatan saya amat indah. Namun, orang bodoh tidak bisa melihat pakaian saya!” ujarnya. Seorang raja yang gila hormat, namun malu mengakui kebodohannya, bersedia memakai ”pakaian” ajaib itu. Maka raja pun melepas semua pakaiannya dan menggantinya dengan ”pakaian” ajaib itu. Para menteri dan pengawal raja yang juga tidak mau disebut bodoh, memuji-muji pakaian raja. Akhirnya, atas usul menteri, raja diarak keliling kota. Semua rakyat memuji-muji pakaian raja, karena takut dianggap bodoh. Namun, seorang anak kecil berteriak: ”Mama, Raja kita kok telanjang?!” maka hebohlah semua orang karena sebenarnya tak ada yang melihat pakaian ajaib raja.
Ada kalanya menyampaikan suatu kebenaran merupakan tindakan ”bodoh” dan amat berisiko. Yohanes Pemandi melakukan hal itu. Ia memang harus membayar mahal atas keberaniannya itu. Sampai saat ini kita memerlukan orang-orang seperti Yohanes yang berani membongkar ”kebodohan” kita semua.
Tuhan, aku tahu, betapa sulit menyampaikan suatu kebenaran. Bantulah aku untuk melakukan hal tersebut, meskipun aku harus menanggung risikonya. Amin.
Diambil dari Ziarah Batin 2011
0 comments:
Posting Komentar