Website Paroki St. Fransiskus Asisi Tebet sudah pindah domain
Anda akan dialihkan ke domain yang baru dalam (10) detik...







Jika pengalihan tidak berhasil silahkan klik DISINI untuk beralih secara manual

Jl.H.Ramli No.24, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan 12870 | Tel (021)8303111 | Fax (021)8318217 | E-mail sanfransis@gmail.com

SELAMAT DATANG, PINTU PESTA TUHAN TELAH TERBUKA UNTUK ANDA, SILAHKAN MASUK... "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. Jagalah dirimu di hadapannya dengarkanlah perkataannya" (Kel 23:20-21)

Halaman Muka | Renungan Harian | Dewan Paroki | Wilayah dan Lingkungan | Foto

Jumat, Februari 03, 2012

3 Februari 2012
Pekan Biasa IV (H)
St. Blasius; St. Ansgarius; St. Gilbertus; B. Stefanus Bellesini

Raja Herodes juga mendengar tentang Yesus, sebab nama-Nya sudah terkenal dan orang mengatakan: ”Yohanes Pem­baptis sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam Dia.” Yang lain mengatakan: ”Dia itu Elia!” Yang lain lagi mengatakan: ”Dia itu seorang nabi sama seperti nabi-nabi yang dahulu.” Waktu Herodes mendengar hal itu, ia berkata: ”Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi.” Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. Karena Yohanes pernah menegor Herodes: ”Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!” Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hati­nya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia. Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea.
Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: ”Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!”, lalu bersumpah kepadanya: ”Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!” Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: ”Apa yang harus kuminta?” Jawabnya: ”Kepala Yohanes Pembaptis!” Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: ”Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan ke­padaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!” Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya. Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.


Renungan
Alkisah ada seorang yang mengaku dapat membuat pakaian ajaib. ”Pakaian buatan saya amat indah. Namun, orang bodoh tidak bisa melihat pakaian saya!” ujarnya. Seorang raja yang gila hormat, namun malu mengakui kebodohannya, bersedia memakai ”pakaian” ajaib itu. Maka raja pun melepas semua pakaiannya dan menggantinya dengan ”pakaian” ajaib itu. Para menteri dan pengawal raja yang juga tidak mau disebut bodoh, memuji-muji pakaian raja. Akhirnya, atas usul menteri, raja diarak keliling kota. Semua rakyat memuji-muji pakaian raja, karena takut dianggap bodoh. Namun, seorang anak kecil berteriak: ”Mama, Raja kita kok telanjang?!” maka hebohlah semua orang karena sebenarnya tak ada yang melihat pakaian ajaib raja.

Ada kalanya menyampaikan suatu kebenaran merupakan tindakan ”bodoh” dan amat berisiko. Yohanes Pemandi melakukan hal itu. Ia memang harus membayar mahal atas keberaniannya itu. Sampai saat ini kita memerlukan orang-orang seperti Yohanes yang berani membongkar ”kebodohan” kita semua.

Tuhan, aku tahu, betapa sulit menyampaikan suatu kebenaran. Bantulah aku untuk melakukan hal tersebut, meskipun aku harus menanggung risikonya. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2011

0 comments: