Website Paroki St. Fransiskus Asisi Tebet sudah pindah domain
Anda akan dialihkan ke domain yang baru dalam (10) detik...







Jika pengalihan tidak berhasil silahkan klik DISINI untuk beralih secara manual

Jl.H.Ramli No.24, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan 12870 | Tel (021)8303111 | Fax (021)8318217 | E-mail sanfransis@gmail.com

SELAMAT DATANG, PINTU PESTA TUHAN TELAH TERBUKA UNTUK ANDA, SILAHKAN MASUK... "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. Jagalah dirimu di hadapannya dengarkanlah perkataannya" (Kel 23:20-21)

Halaman Muka | Renungan Harian | Dewan Paroki | Wilayah dan Lingkungan | Foto

Selasa, Desember 02, 2008

Jemput Bola

Konselor Community Based Unit (CBU) Paroki St. Fransiskus Asisi, Tebet, Jakarta Selata, Marce Nababan tak hanya menunggu penderita HIV/AIDS datang padanya.


Saat ditemui di Sekretariat CBU Asisi, Jumat, 14/11, Marce ditemani Penanggung Jawab CBU Asisi pada Badan Narkotika Nasional (BNN) Pastor Kosmas Jang OFMCap dan Moderator CBU Asisi Nuning Siregar.


Mereka adalah anggota tim lembaga berbasis keagamaan yang berdiri sejak Juli 2006. Selain pastor dan konselor, ada pula anggota tim yang berasal dari kalangan dokter, perawat, psikolog, serta awam.


Teruskan Baca...

Meski berbasis agama, klien yang datang ke CBU Asisi bukan hanya umat Katolik. "Kami selalu terbuka terhadap siapapun yang membutuhkan informasi," ungkap Marce. Selanjutnya, CBU Asisi memfasilitasi klien ke CBU yang sesuai dengan agamanya. "Bagaimanapun, peran agama sangat membantu sebagai kunci kebenaran," tandas Marce.


Agar bisa menolong banyak orang, tim CBU Asisi menempkan metode jemput bola. "Kami kerap melakukan pemlekatan pada keluarga yang salah satu anggotanya pemakai narkoba atau pengidap HIV/AIDS," ujar Marce.


Berbekal pengalaman

Meski baru bergabung di CBU Asisi tahun 2007, Marce telah menjadi aktivis HIV/AIDS sejak 10 tahun lalu. Pengalaman selama 16 tahun mendampingi anaknya yang eks pecandu narkoba, merupakan bekal yang memadai bagi Marce. Sejumlah klien menjadi terbuka pada Marce. "Mereka menganggap saya pernah berada di posisi yang sama," imbuhnya.


Marce memiliki beberapa kiat untuk menolong kliennya. Di antaranya, bersikap kasih, mau mendengarkan, tidak memaksakan pemeriksaan dan menanyakan kemampuan ekonomi klien. "Dengan begitu, klien merasa dihargai. Sebab, yang berbahaya virusnya, bukan manusianya!"


Untuk mendukung karyanya, ibu tiga anak ini memperluas jejaring. Misalnya, dengan kerja sama lintas paroki serta melibatkan orang-orang yang hidup dengan penderita HIV/AIDS (ORHIDA).


Beberapa kali ia melakukan sosialisasi dalam Misa di paroki maupun lingkungan. "Padahal, dulu saya sangat kesulitan mencari lembaga Katolik yang menangani narkoba. Akibatnya anak saya meningggalkan Gereja Katolik," kenangnya.


Marce berharap, setiap Seksi Kerasulan Keluarga mengirimkan wakil dalam pelatihan konseling keluarga. Selain itu, tes HIV/AIDS menjadi kurikulum resmi dalam Kursus Persiapan Perkawinan.


Gencarkan sosialisasi

CBU Asisi merupakan salah satu dari enam CBU berbasis agama di Jakarta. Lima CBU lainnya adalah CBU Sunda Kelapa (Islam), CBU Kamboja Depok (Kristen), CBU Pura Aditya Jaya (Hindu), CBU Wihara Dhamma Cakka (Buddha), dan CBU Asysyakirin (Islam).

CBU dibentuk oleh BNN untuk membuat Strategi Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Paroki Asisi terpilih karena memenuhi syarat, di antaranya memiliki Balai Kesehatan Masyarakat. Sejak 2007, pelayanan CBU Asisi diperluas hingga masalah HIV/AIDS sebagai efek samping penggunaan narkoba.


Menurut Pastor Kosmas, kebijakan ini mendapat sambutan positif dari umat dan masyarakat sekitar. "Mereka mengemukakan melalui kotak saran bahwa kedua masalah ini menjadi keprihatinan dan tanggung jawab bersama."


Nuning gembira karena CBU Asisi bisa menjadi perpanjangan tangan BNN. "Setiap bulan kami membuat laporan pertanggungjawaban. Terkadang BNN melakukan inspeksi mendadak serta menggelar seminar, pelatihan dan lokakarya."


Kini, CBU Asisi gencar memberikan sosialisasi kepada umat dan masyarakat, serta sosialisasi dini kepada anak-anak dan remaja. Langkah ini disebut Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), yang dilakukan melalui bazar, bakti sosial, dsb.


CBU Asisi juga melakukan layanan kesehatan dasar, konseling, serta pemulihan kembali (after care). Diharapkan, angka penularan HIV/AIDS menurun, terbentuk kesadaran dan stigma positif terhadap korban narkoba dan penderita HIV/AIDS, serta meningkatnya produktivitas mereka.


Sumber: Majalah Hidup edisi 30 November 2008.


0 comments: