- Bacaan I: 2Raj 25:1-12
- Mazmur: Mzm 137:1-2,3,4-5,6
- Injil: Mat 8:1-4
Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: ”Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: ”Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya. Lalu Yesus berkata kepadanya: ”Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.”
Renungan
Pada suatu hari, ada seorang yang bertanya, Mengapa dalam tradisi Gereja Katolik ada Sakramen Tobat dan orang harus datang kepada imam, berlutut, mengaku dosa, dan kemudian imam memberi ’denda’ kepada yang bersangkutan?”
Kisah orang kusta yang bersujud di hadapan Yesus dan mohon kesembuhan dari-Nya secara spontan menjawab pertanyaan orang tersebut. Dosa membuat kita seperti seorang yang terkena kusta dan perlu ditahirkan—disembuhkan—melalui Sakramen Tobat. Sama seperti orang kusta bersujud di hadapan Yesus, demikian juga orang yang mau bertobat dan mohon pengampunan berlutut di hadapan Yesus. Imam menjadi saksi ketulusan yang bersangkutan untuk bertobat dan menjadi penyalur kasih dan pengampunan Allah.
Yesus pun menghendaki agar orang kusta yang telah disembuhkan-Nya tadi datang kepada imam untuk mendapatkan legitimasi atas pentahirannya dan mempersembahkan persembahan sebagai bukti pentahiran. Demikian juga dengan orang yang mengakukan dosanya, ia datang kepada imam, menyatakan penyesalannya, dan imam menjadi tanda kehadiran Allah yang mengampuni. Tanda syukur dan persembahan atas pengampunan adalah ”denda”, entah bersifat rohani (berdoa) maupun bersifat materi (kemurahan hati).
Sama seperti orang kusta ditahirkan oleh Yesus, demikianlah kita yang berdosa mendapat pengampunan dari-Nya pada waktu kita mengakukan dosa kita di hadapan seorang imam sebagai saksi dan penyalur belas kasih dan kerahiman-Nya.
Ya Yesus, semoga dengan rendah hati dan penuh syukur, aku pun berani berlutut untuk mengakui dosaku, memohon pengampunan dan mempersembahkan persembahan syukur kepada-Mu atas kasih-Mu, kini dan sepanjang masa. Amin.
Diambil dari Ziarah Batin 2010
0 comments:
Posting Komentar