- Bacaan I: 2Tes 3:6-10,16-18
- Mazmur: Mzm 128:1-2,4-5
- Injil: Mat 23:27-32
”Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu!”
Renungan
Di hadapan orang banyak, para ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpura-pura menunjukkan bahwa mereka menghargai dan menjunjung tinggi para nabi yang dibunuh oleh nenek moyang mereka dengan ”membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh.” Dengan lantang mereka mengatakan bahwa mereka tentu tidak mengambil bagian dalam membunuh para nabi seandainya mereka hidup di zaman nenek moyang mereka.
Yesus mengetahui persis isi hati orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Justru merekalah yang mengantar Yesus ke Sanhedrin dan akhirnya menyalibkan Yesus. Justru merekalah yang pertama-tama melemparkan batu ke para nabi seandainya mereka hidup di zaman nenek moyang mereka. Mereka bagaikan kuburan yang bagian luarnya putih berkilau, tetapi bagian dalamnya sungguh busuk. Yesus mencap mereka sebagai keturunan para pembunuh. Yang membuat mereka sama dengan nenek moyang mereka adalah kedegilan hati mereka.
Terkadang kita mengelabui mata sesama kita dengan kesalehan kita, dengan amal bakti kita. Namun, siapakah yang mengetahui isi hati kita? Kita boleh saja mengelabui mata sesama kita atau bahkan malah diri kita sendiri, tetapi kita sama sekali tidak bisa mengelabui mata Allah karena Dia menilik semua hati dan mengerti semua maksud.
Tuhan, janganlah biarkan aku hidup dalam kedegilan hati dan kemunafikan aksi. Selidikilah aku dan ampunilah aku berkat kasih setia dan kerahiman-Mu. Amin.
Diambil dari Ziarah Batin 2010
0 comments:
Posting Komentar