Website Paroki St. Fransiskus Asisi Tebet sudah pindah domain
Anda akan dialihkan ke domain yang baru dalam (10) detik...







Jika pengalihan tidak berhasil silahkan klik DISINI untuk beralih secara manual

Jl.H.Ramli No.24, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan 12870 | Tel (021)8303111 | Fax (021)8318217 | E-mail sanfransis@gmail.com

SELAMAT DATANG, PINTU PESTA TUHAN TELAH TERBUKA UNTUK ANDA, SILAHKAN MASUK... "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. Jagalah dirimu di hadapannya dengarkanlah perkataannya" (Kel 23:20-21)

Halaman Muka | Renungan Harian | Dewan Paroki | Wilayah dan Lingkungan | Foto

Selasa, Desember 14, 2010

14 Desember 2010
Pw St. Yohanes dr Salib; St. Venantius Fortunatus; St. Spiridion


”Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi.

Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?” Jawab mereka: ”Yang terakhir.”

Kata Yesus kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya.”


Renungan
Yesus mengecam para imam kepala dan pemuka bangsa Yahudi karena mereka tidak mau menerima Yohanes Pembaptis dan warta pertobatan yang dimaklumkannya. Apa yang mereka lakukan itu adalah kelanjutan dari pola hidup mereka yang lebih memperhatikan hal-hal yang lahiriah, tanpa suatu kedalaman hidup dan pegangan akan nilai yang prinsipil dari hidup sebagai anak-anak Allah. Mereka ternyata ingin bertobat setelah mendapatkan warta tentang pertobatan.

Janganlah kita serta-merta mengadili diri kita sebagai yang lebih baik daripada ahli Taurat dan orang Farisi, karena dalam diri kita hidup juga perilaku anak sulung dan anak bungsu sekaligus. Kita sebagai orang Kristiani yang sudah berjanji untuk menjadi anak-anak Allah yang selalu berkenan kepada Bapa kita. Kita telah menyatakan kesanggupan kita untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Namun, berapa kali kita jatuh dalam kesalahan dan dosa? Bukankah itu adalah bagian dari perilaku anak sulung yang tampaknya mematuhi perintah ayahnya, namun ternyata adalah seorang pembangkang? Bukankah kita sama dengan ahli Taurat dan orang Farisi yang dikecam oleh Yesus? Kita juga bisa seperti anak bungsu yang melakukan kehendak bapanya, walaupun sebelumnya kita menolak untuk melakukannya?

Kalau kita melakukan ”penolakan dalam kata” di hadapan orang lain—kemudian kita melakukannya—maka ”penolakan dalam kata” itu bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk melakukan hal buruk yang telah ada di benaknya, atau untuk tidak melakukan hal baik yang sebenarnya mau dilakukannya. Marilah kita lanjutkan perjuangan kita untuk menjadi anak Allah, meneguhkan niat kita, memperkuat komitmen kita, dan menghasilkan buah yang baik untuk hidup kita bersama dengan semua orang yang berkehendak baik.

Ya Tuhan, bantulah aku untuk senantiasa mencari dan melaksanakan kehendak-Mu yang menyelamatkanku. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2010

0 comments: