- Bacaan I: Ul 10:12–22
- Mazmur: Mzm 147:12–15,19–20
- Injil: Mat 17:22–27
Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: ”Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” Maka hati murid-murid-Nya itu pun sedih sekali.
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: ”Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?” Jawabnya: ”Memang membayar.” Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: ”Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?” Jawab Petrus: ”Dari orang asing!” Maka kata Yesus kepadanya: ”Jadi bebaslah rakyatnya. Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga.”
Renungan
Ketika masalah pembobolan uang negara oleh oknum perpajakan terkuak tahun lalu, muncul gerakan untuk memboikot pembayaran pajak. Bayangkan, betapa runyamnya pengelolaan negeri ini kalau hal tersebut benar-benar diwujudkan.
Pemasukan terbesar untuk membiayai APBN justru diperoleh dari sektor perpajakan. Pajak adalah buah solidaritas. Pajak juga sekaligus bukti kesetiaan dan kepatuhan warga negara untuk terlibat aktif dalam pembangunan bangsa. Di sisi lain, ada segelintir orang yang merasa (kebetulan) punya kuasa, ingin menentukan hal lain yang bertolak belakang dengan semangat kebersamaan itu sendiri. Melalui persekongkolan jahat, celah-celah hukum dan perundang-undangan dimanfaatkan untuk kepentingannya sendiri.
Hari ini kita mendengar bagaimana Yesus juga membayar pajak. Alasannya juga sangat sederhana: membayar pajak karena kewajiban. Yesus tidak memperdebatkannya. Juga tidak menolaknya. Kalau begitu, bersyukurlah mereka yang berani membuktikan solidaritasnya melalui pajak seperti Yesus. Dan (seharusnyalah) turut bersyukur juga mereka yang oleh negara diberi wewenang untuk mengatur sektor ini. Artinya, mereka dipercaya oleh negara, dipercaya juga oleh rakyat. Maka jangan salah gunakan kepercayaan itu.
”Bertakwalah kepada Tuhan, Allahmu...! Demi kesejahteraanmu, hendaknya kalian berpegang teguh pada perintah dan ketetapan Tuhan”, ini seruan Musa yang harus kita aktualkan kembali setiap saat agar bangsa kita dapat segera bangkit mengejar ketertinggalannya.
Yesus Sang Guru, betapa indah kehidupan bersama yang dibangun atas dasar solidaritas sebagaimana yang Kaucontohkan. Ajari aku agar setia mengikuti teladan-Mu. Amin.
Diambil dari Ziarah Batin 2011
0 comments:
Posting Komentar