- Bacaan I: Yer. 7:23–28
- Mazmur: Mzm 95:1–2.6–7.8–9; R: 8
- Injil: Luk. 11:14–237
Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”
Renungan
Orang yang keras kepala atau keras hati biasanya mengalami kesulitan dalam pergaulan dengan sesama. Ia sering merasa dirinya paling benar, pintar, dan sempurna. Akibatnya, ia mudah mempersalahkan dan menghakimi orang lain. Ia sulit melihat kebaikan dalam diri orang lain.
Dalam Bacaan Pertama, kita mendengar peringatan Tuhan Allah yang ditujukan kepada Bangsa Israel melalui Nabi Yeremia. Peringatan itu sehubungan dengan kekerasan dan ketegaran hati Bangsa Israel. Mereka tidak mau mendengarkan suara Allah dan memberi perhatian pada-Nya. Mereka lebih mengikuti kehendak dan rancangan mereka sendiri daripada rancangan dan kehendak Tuhan Allah. Akibatnya, mereka gagal menangkap dan merasakan kebaikan Allah. Kegagalan yang sama dialami oleh orang banyak yang menyaksikan mukjizat penyembuhan dari Yesus. Orang banyak gagal melihat dan mengalami kebaikan dan kasih Tuhan Yesus. Kegagalan itu terjadi karena mereka keras hati, sombong, dan iri hati. Mereka bukan hanya gagal, tetapi memunculkan kejahatan baru, yakni menghakimi dan menuduh Yesus.
Hati adalah pusat kepribadian manusia. Dari dalam hati muncul segala yang baik dan segala yang jahat. Oleh karena itu, kita perlu menjaga kemurniaan hati dan mendidik hati nurani. Kita pun perlu memelihara sikap rendah hati, lemah-lembut, dan tulus. Ketegaran hati hanya akan membuat kita gagal melihat dan merasakan kebaikan Tuhan dan sesama. Imbasnya, kita pun akan gagal menghadirkan kebaikan dalam hidup kita. Bagaimana dengan kita?
Ya Tuhan, puji syukur atas kebaikan-Mu yang Engkau limpahkan kepadaku. Semoga aku semakin terbuka terhadap kebaikan-Mu dan kebaikan sesama agar aku mampu melakukan perbuatan-perbuatan baik. Bantulah aku memelihara kesucian hati. Amin.
Diambil dari Ziarah Batin 2011
0 comments:
Posting Komentar