Selasa, Maret 27, 2012
Renungan Harian Selasa, 27 Maret 2012
Pekan Prapaskah V (U)
Sta. Emma; St. Cyrilus dr Alexandria;
St. Rupertus; Nikodemus; Sta. Lucy Filipini
Bil 21:4-9,
Mzm 102:2-3,16-18,19-21,
Yoh 8:21-30
Bacaan Injil : Yoh. 8:21–30
Yesus berkata kepada orang banyak: ”Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.” Maka kata orang-orang Yahudi itu: ”Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?” Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” Maka kata mereka kepada-Nya: ”Siapakah Engkau?” Jawab Yesus kepada mereka: ”Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia.” Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: ”Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.
Renungan
Banyak orang suka mengeluh jika menghadapi kesulitan dan tantangan. Apa saja dikeluhkan. Mengeluh karena pekerjaan, gagal, macet, hujan, panas, doa tidak terkabul, dst. Sesungguhnya, orang yang selalu mengeluh biasanya adalah orang yang susah bersyukur dan sulit untuk setia.
Bangsa Israel mengeluh dan memberontak kepada Allah dan Musa ketika mereka mengalami keadaan yang sulit. Mereka tidak setia (Bil 21:4-9), . Ketidaksetiaan itu mendatangkan kesengsaraan—ular tedung memagut mereka yang tidak setia itu. Keadaan ini menyadarkan mereka akan dosa-dosa mereka. Tuhan Allah kemudian mendatangkan pertolongan. Ia menyuruh Musa membuat ular dari tembaga dan ditinggikan pada sebuah tiang; dan bangsa Israel mesti memandang ular tembaga itu jika ingin hidup. Ini artinya mereka mesti membuka diri bagi pertolongan Allah agar selamat dengan memandang tanda keselamatan dari Allah sendiri.
Dan kini keselamatan itu sempurna dalam diri Yesus Kristus yang diutus oleh Allah Bapa. Dia bahkan rela ditinggikan di atas kayu salib demi keselamatan kita. Dialah tanda keselamatan kita
Ketika berbicara tentang anak manusia yang ditinggikan, Yesus merujuk ke salibNya sendiri (Yoh.19:18). Yesus mengetahui, selama ia masih hidup sebagai manusia, orang-orang akan memandangnya tak lebih daripada seorang manusia istimewa dari Nazaret.
Kita mengimani Yesus dan salibNya sebagai inti kebenaran iman Kristiani. Oleh iman kita mudah menerimanya. Disini kewajiban kita ialah menampilkan buah-buah salib, seperti kesalehan, penghargaan terhadap martabat manusia, kasih dan persaudaraan yang tulus. Dengan cara itu mungkin kita dapat menolong saudara-saudari yang mencari kebenaran untuk menemukan Tuhan.
Mari senantiasa bersyukur agar semakin mampu melihat dan merasakan kasih Tuhan, teristimewa dalam diri Yesus, Juru Selamat kita. Dengan penderitaan dan salib-Nya, hati kita terbuka untuk menemukan makna di balik penderitaan dan kesulitan yang kita hadapi.
Ya Tuhan, syukur dan terima kasih atas kasih, kebaikan, pertolongan dan rahmat-Mu. Semoga aku senantiasa mampu mensyukuri semuanya itu. Amin.
Sumber : Ziarah batin 2012 dan berjalan bersama sang Sabda 2012
Sta. Emma; St. Cyrilus dr Alexandria;
St. Rupertus; Nikodemus; Sta. Lucy Filipini
Bil 21:4-9,
Mzm 102:2-3,16-18,19-21,
Yoh 8:21-30
Bacaan Injil : Yoh. 8:21–30
Yesus berkata kepada orang banyak: ”Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.” Maka kata orang-orang Yahudi itu: ”Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?” Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” Maka kata mereka kepada-Nya: ”Siapakah Engkau?” Jawab Yesus kepada mereka: ”Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia.” Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: ”Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.
Renungan
Banyak orang suka mengeluh jika menghadapi kesulitan dan tantangan. Apa saja dikeluhkan. Mengeluh karena pekerjaan, gagal, macet, hujan, panas, doa tidak terkabul, dst. Sesungguhnya, orang yang selalu mengeluh biasanya adalah orang yang susah bersyukur dan sulit untuk setia.
Bangsa Israel mengeluh dan memberontak kepada Allah dan Musa ketika mereka mengalami keadaan yang sulit. Mereka tidak setia (Bil 21:4-9), . Ketidaksetiaan itu mendatangkan kesengsaraan—ular tedung memagut mereka yang tidak setia itu. Keadaan ini menyadarkan mereka akan dosa-dosa mereka. Tuhan Allah kemudian mendatangkan pertolongan. Ia menyuruh Musa membuat ular dari tembaga dan ditinggikan pada sebuah tiang; dan bangsa Israel mesti memandang ular tembaga itu jika ingin hidup. Ini artinya mereka mesti membuka diri bagi pertolongan Allah agar selamat dengan memandang tanda keselamatan dari Allah sendiri.
Dan kini keselamatan itu sempurna dalam diri Yesus Kristus yang diutus oleh Allah Bapa. Dia bahkan rela ditinggikan di atas kayu salib demi keselamatan kita. Dialah tanda keselamatan kita
Ketika berbicara tentang anak manusia yang ditinggikan, Yesus merujuk ke salibNya sendiri (Yoh.19:18). Yesus mengetahui, selama ia masih hidup sebagai manusia, orang-orang akan memandangnya tak lebih daripada seorang manusia istimewa dari Nazaret.
Kita mengimani Yesus dan salibNya sebagai inti kebenaran iman Kristiani. Oleh iman kita mudah menerimanya. Disini kewajiban kita ialah menampilkan buah-buah salib, seperti kesalehan, penghargaan terhadap martabat manusia, kasih dan persaudaraan yang tulus. Dengan cara itu mungkin kita dapat menolong saudara-saudari yang mencari kebenaran untuk menemukan Tuhan.
Mari senantiasa bersyukur agar semakin mampu melihat dan merasakan kasih Tuhan, teristimewa dalam diri Yesus, Juru Selamat kita. Dengan penderitaan dan salib-Nya, hati kita terbuka untuk menemukan makna di balik penderitaan dan kesulitan yang kita hadapi.
Ya Tuhan, syukur dan terima kasih atas kasih, kebaikan, pertolongan dan rahmat-Mu. Semoga aku senantiasa mampu mensyukuri semuanya itu. Amin.
Sumber : Ziarah batin 2012 dan berjalan bersama sang Sabda 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar