- Bacaan I: Ayb 19:21-27
- Mazmur: Mzm 27:7-8a,
8b-9abc,13-14 - Injil: Luk 10:1-12
Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: ”Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu. Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu.”
Renungan
Para murid Yesus diutus pergi sebagai pekerja di ladang Tuhan dengan berbekalkan rahmat dan kuasa Tuhan. Mewartakan dan memancarkan hadirnya Kerajaan Allah yang mendatangkan kedamaian menjadi tugas mereka. Tugas itu tidak akan mudah, mereka akan mendapat banyak perlawanan dan tentangan, bahkan mungkin ancaman, ibarat domba yang pergi ke tengah-tengah kerumunan serigala.
Warta Kerajaan Allah diwujudkan dengan selalu membagikan damai sejahtera di mana pun dan kepada siapa pun. Bahkan, seandainya orang-orang menolaknya, warta Kerajaan Allah harus tetap berlanjut. Mengibaskan debu dari kaki menjadi tanda supaya para murid tidak terpengaruh terhadap penolakan-penolakan yang terjadi. Penolakan itu menjadi debu yang akan memberatkan langkah dan mengotori tugas kerasulan. Kita—para murid di zaman ini—mengemban tugas perutusan yang sama; dengan tantangan yang sama pula. Namun, hal-hal yang tidak baik justru kerap kita biarkan melekat dalam hidup kita dan mencemari hati kita. Akibatnya, kita mewartakan dan menghadirkan Kerajaan Allah tidak dengan hati bersih dan tulus.
Tuhan Yesus, aku ingin kembali melanjutkan tugas perutusan-Mu sebagai murid. Jadikan aku pembawa damai sejahtera yang setia, meskipun penolakan dan tantangan mengitariku. Amin.
Diambil dari Ziarah Batin 2010
0 comments:
Posting Komentar