- Bacaan I: Yeh 24:15-24
- Mazmur Tanggapan: Ul 32:18-19,20,21
- Injil: Mat 19:16-22
Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: ”Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus: ”Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.” Kata orang itu kepada-Nya: ”Perintah yang mana?” Kata Yesus: ”Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata orang muda itu kepada-Nya: ”Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?” Kata Yesus kepadanya: ”Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
Renungan
Bermula dari suatu keikhlasan pencarian akan apa yang bisa memberikan kepadanya hidup damai dan bahagia yang kekal. Namun, kisah itu berakhir dengan kesedihan. Ketika orang muda itu mendengar perkataan Yesus, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya yang harus ia berikan kepada orang-orang miskin jikalau ia ingin hidup sempurna bersama Dia.
Mengapa orang muda yang kaya itu bersedih? Bukankah dia harus bersukacita? Memang semakin banyak harta yang kita miliki, semakin kita susah dan sedih melepaskannya. Tanpa disadari, keterlekatan kita pada harta membuat kita sulit menerima kerajaan Allah. Kita mungkin bisa merasakan apa yang dirasakan pemuda itu. Pergulatan batinnya sungguh hebat. Di satu pihak, dia merindukan kehidupan yang bahagia dan damai, di lain pihak, dia ditantang untuk menjual seluruh harta miliknya dan hidup dalam ketidaknyamanan, serta ketidakpastian.
Apakah kerinduan hati kita yang paling dalam? Siapakah dan apakah yang memberi kepuasan akan kerinduan kita pada hidup yang damai dan bahagia? Bukankah Tuhan sudah cukup dalam hidup kita? ”Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan” (Ams15:16). Memiliki harta bukanlah dosa. Bagaimana kita menyikapinya itulah yang bisa membuat kita terjerumus dalam dosa (bdk. Sir 31:5–7).
Tuhan, Engkau sendiri yang memenuhi kerinduan hatiku yang paling dalam. Tidak ada harta yang bisa dibandingkan dengan kehadiran-Mu. Berikanlah aku sukacita yang dalam karena memiliki-Mu sebagai harta terindah dalam hidupku. Amin.
Diambil dari Ziarah Batin 2010
0 comments:
Posting Komentar