- Bacaan I: Kis. 3:1–10
- Mazmur: Mzm 105:1–2.3–4.6–7.8–9; R: 3b
- Injil: Luk. 24:13–35
Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka.
Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.
Renungan
Hidup adalah sebuah perjalanan. Terkadang dua langkah maju selangkah mundur. Terkadang senang, terkadang susah. Semua membutuhkan proses dan kesabaran. Para murid Yesus yang berasal dari Emaus berjalan pulang kampung. Mereka mengalami goncangan jiwa karena Guru mereka wafat secara tidak terhormat. Muka tunduk menatap tanah. Berjalan tanpa saling memandang. Sedih. Mereka sibuk dengan pikiran dan perasaannya masing-masing.
Syukurlah mereka masih mau berdialog dengan orang ”asing” yang bertanya kepada mereka tentang peristiwa yang menimpa mereka. Hati yang diliputi oleh kecewa, marah, dan sedih tidak mampu melihat dan merasakan kehadiran Yesus sepanjang perjalanan hidup, padahal Tuhan tetap setia menyertai mereka, membuka dialog dan mengobarkan hati mereka dengan cerita sejarah keselamatan sampai dengan menggunakan kata-kata keras: ”Hai kamu orang bodoh...!” Dan Dia tetap rela untuk makan bersama mereka.
Tatkala mereka mengundang Yesus, menyediakan kursi kosong bagi-Nya dan menikmati kebersamaan dalam sukacita, mata hati mereka terbuka bahwa senyatanya Yesus senantiasa menyertai perjalanan mereka. Dalam makan bersama pun bukan mereka yang menjamu Yesus, tetapi Dia yang menjamu mereka dengan memberikan hidup-Nya.
Tuhan, berilah aku iman yang kuat, keyakinan yang mantap, bahwa dalam situasi apa pun Engkau senantiasa menyertai perjalananku. Terima kasih, Tuhan, atas kesetiaan-Mu. Amin.
Diambil dari Ziarah Batin 2012
0 comments:
Posting Komentar