Website Paroki St. Fransiskus Asisi Tebet sudah pindah domain
Anda akan dialihkan ke domain yang baru dalam (10) detik...







Jika pengalihan tidak berhasil silahkan klik DISINI untuk beralih secara manual

Jl.H.Ramli No.24, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan 12870 | Tel (021)8303111 | Fax (021)8318217 | E-mail sanfransis@gmail.com

SELAMAT DATANG, PINTU PESTA TUHAN TELAH TERBUKA UNTUK ANDA, SILAHKAN MASUK... "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. Jagalah dirimu di hadapannya dengarkanlah perkataannya" (Kel 23:20-21)

Halaman Muka | Renungan Harian | Dewan Paroki | Wilayah dan Lingkungan | Foto

Selasa, April 03, 2012

3 April 2012
Pekan Suci (U)
St. Richard dr Chichester; St. Yosef, Mrt.; St. Sixtus I, Paus

Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku. "Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya. Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya. Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: "Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!"

Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, siapakah itu?" Jawab Yesus: "Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya." Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera." Tetapi tidak ada seorangpun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas. Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin. Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.

Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu. Simon Petrus berkata kepada Yesus: "Tuhan, ke manakah Engkau pergi?" Jawab Yesus: "Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku." Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!" Jawab Yesus: "Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."


Renungan
Sewaktu umur 13 tahun, Shinta mengalami musibah; ketika sedang berenang, tiba-tiba dia tidak sadarkan diri—ia menderita penyakit ayan. Berbagai upaya telah ditempuh untuk menyembuhkannya, tetapi selalu gagal. Kini dia sudah berumur 30 tahun. Awalnya Bu Maria, orang tua Shinta, frustrasi, malu, marah dan memberontak pada Tuhan, mengapa masalah seperti ini menimpa keluarganya. Sebulan sekali pastor mengunjungi Shinta dan memberikan komuni. Suatu ketika pastor berkata: ”Saya sedang mengunjungi Tuhan Yesus yang menderita!” Ibu Maria tersentak mendengar kalimat itu sambil memandang wajah Shinta yang tenang, teduh dan memancarkan kepasrahan. Saat itu hatinya terasa diubah dan matanya dicelikkan. Shinta bukanlah beban keluarga, tetapi sarana bagi mereka untuk mencintai Yesus yang menderita. Sejak saat itu Ibu Maria merasa gembira boleh melayani Tuhan Yesus dalam diri anaknya yang tak berdaya.

Tuhan Yesus mengatakan: ”Allah dipermuliakan dalam diri-Nya yang menderita, tergantung di kayu salib!” Penderitaan dan aneka masalah atau penyakit yang menimpa manusia bukanlah tanda hukuman dari Allah, tetapi tanda kerapuhan manusia. Dalam kerapuhan manusia itu kemuliaan Allah mudah dinyatakan. Hanya orang rendah hati yang mampu merasakan kemuliaan Allah yang nyata dalam hidup kita yang lemah dan rapuh. Ini kebahagiaan tanpa syarat.

Tuhan, ajarilah aku untuk senantiasa merayakan hidup dan bukan meratapinya karena Engkau menyatakan keagungan dan kemuliaan-Mu dalam diriku! Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2012

0 comments: