- Bacaan I: Kis 1:15-17, 20-26
- Mazmur: Mzm 113:1-2,3-4,5-6,7-8
- Injil: Yoh 15:9-17
”Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”
Renungan
Nama Matias hanya disebut satu kali dalam Perjanjian Baru, yaitu ketika ia dipilih menjadi rasul menggantikan Yudas Iskariot untuk menggenapi jumlah dua belas rasul.
Pemilihannya terjadi sebelum peristiwa Pentakosta, awal kelahiran Gereja. Walaupun pemilihannya terjadi melalui undian, tetapi hal yang pokok adalah doa yang mendahuluinya untuk meminta petunjuk dari Tuhan. ”Mereka semua lalu berdoa.”
Suatu kebiasaan bagus bahwa peristiwa-peristiwa penting—baik dalam keluarga maupun dalam Gereja atau umat—selalu didahului dengan doa. Dengan menyerahkan peristiwa tertentu dalam doa, Tuhan diundang untuk hadir dan berkarya. Hal ini sangat sesuai bagi seseorang secara pribadi maupun bagi komunitas, misalnya untuk memutuskan apakah seseorang dipanggil untuk menjadi imam, biarawan-biarawati, atau pelayan Tuhan. Doa dan pemilahan kehendak Allah adalah hal yang—tidak bisa tidak—harus ada. ”Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.” Itulah semangat panggilan seorang murid. Biarlah suatu pengambilan keputusan dipercayakan dalam bimbingan Roh Tuhan agar—seperti Matias—pemilihan terjadi karena kehendak Tuhan sendiri.
Kita bersyukur karena kita dipanggil menjadi murid Tuhan bukan pertama-tama karena pilihan kita, tetapi karena Allah yang berkarya di dalam diri kita.
Terima kasih, Tuhan, karena Engkau telah memilih aku untuk ikut serta dalam mewujudkan Kerajaan-Mu di dunia ini. Sertailah aku untuk memenuhi panggilan ini seturut kehendak-Mu. Amin.
Diambil dari Ziarah Batin 2010
0 comments:
Posting Komentar