Website Paroki St. Fransiskus Asisi Tebet sudah pindah domain
Anda akan dialihkan ke domain yang baru dalam (10) detik...







Jika pengalihan tidak berhasil silahkan klik DISINI untuk beralih secara manual

Jl.H.Ramli No.24, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan 12870 | Tel (021)8303111 | Fax (021)8318217 | E-mail sanfransis@gmail.com

SELAMAT DATANG, PINTU PESTA TUHAN TELAH TERBUKA UNTUK ANDA, SILAHKAN MASUK... "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. Jagalah dirimu di hadapannya dengarkanlah perkataannya" (Kel 23:20-21)

Halaman Muka | Renungan Harian | Dewan Paroki | Wilayah dan Lingkungan | Foto

Jumat, Maret 30, 2012

Gema 24-25 Maret 2012


30 Maret 2012
Pekan Prapaskah V (U)
St. Yohanes Klimakus; St. Roswita

Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: ”Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?” Jawab orang-orang Yahudi itu: ”Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.” Kata Yesus kepada mereka: ”Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah — sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan —, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka. Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: ”Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.” Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.

Renungan
Perbuatan baik yang kita lakukan tidak selamanya ditanggapi atau diterima dengan baik pula oleh orang lain. Ada kalanya malah perbuatan baik dibalas dengan perbuatan jahat, seperti pepatah: ”Air susu dibalas air tuba”.

Yeremia diutus Allah kepada orang sebangsanya untuk menyampaikan kehendak Allah su­paya mereka bertobat dan setia. Namun, pewartaannya tidak selamanya disambut dengan baik dan hati terbuka. Sebagian dari mereka malah ingin mencelakakan Yeremia. Tetapi, Tuhan Allah menyertainya. Yesus juga mengalami keadaan seperti yang dialami Yeremia. Pewartaan Yesus ditolak oleh sebagian orang Yahudi. Mereka malahan mau melempari-Nya dengan batu. Mereka mau membinasakan-Nya. Mereka gagal mengenal siapa Yesus sebenarnya karena ketegaran hati dan kebencian mereka.

Melakukan yang baik dan benar tidak selalu mudah. Kadang kita justru dibenci karena berbuat baik dan benar. Akan tetapi, kita tidak boleh berhenti berbuat baik dan benar sekalipun menghadapi risiko. Perbuatan baik dan benar yang kita lakukan tidak boleh tergantung dari tanggapan orang, tetapi karena yakin bahwa itu dikehendaki Tuhan. Semoga kita dapat menemukan cara-cara yang kreatif dan bijak untuk selalu mengedepankan kebaikan dan kebenaran.

Tuhan, terima kasih karena Engkau selalu menyertaiku dalam keadaan apa pun juga. Semoga aku tetap teguh dalam menghadirkan kebaikan dan kebenaran. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2012

Kamis, Maret 29, 2012

29 Maret 2012
Pekan Prapaskah V (U)
St. Bertold; St. Yonah dan Berikjesu

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: ”Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?” Jawab Yesus: ”Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.” Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: ”Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?” Kata Yesus kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.

Renungan
Cukup banyak orang mudah mengumbar janji semudah mengingkarinya pula. Ketika musim kampanye, misalnya, banyak orang yang mengincar kedudukan tertentu dengan menebarkan janji-janji manis. Akan tetapi, setelah mendapatkan apa yang diinginkan itu, mereka tiba-tiba menjadi orang yang ”pelupa”.

Dalam Bacaan I, kita mendengar Allah mengikat perjanjian dengan Abraham. Allah menjanjikan keturunan kepada Abraham, membuat dia dan keturunannya menjadi bangsa besar. Tuhan Allah juga menjanjikan Tanan Kanaan sebagai milik mereka. Di atas semuanya, Tuhan Allah berjanji bahwa Dia adalah Allah mereka dan mereka adalah umat-Nya. Dari pihak Abraham, Tuhan Allah meminta kesetiaan mereka pada perjanjian itu.

Yesus juga meminta kesetiaan yang sama kepada kita. Dia meminta para pengikut-Nya untuk menuruti Firman-Nya supaya tidak mengalami maut. Menuruti Firman Yesus berarti menerima Yesus, percaya dan setia kepada-Nya. Jika kita berbuat demikian maka kita akan berada dalam kebahagiaan bersama Dia. Dia senantiasa setia akan janji-Nya kepada kita. Dia tak mungkin ingkar janji.

Santo Fransiskus Asisi berkata, ”Agung yang kita janjikan, namun lebih agung yang dijanjikan kepada kita. Mari melakukan yang kita janjikan dan mendambakan yang dijanjikan kepada kita.” Kita menjanjikan banyak hal seperti janji Baptis, Krisma, Perkawinan atau Imamat, dll. Semoga kita setia akan janji-janji itu.

Ya Tuhan, terima kasih atas kesetiaan-Mu. Semoga aku setia akan janji-janjiku dan penuh harapan mendambakan janji agung-Mu. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2012

Selasa, Maret 27, 2012

Renungan Harian 28-3-2012

Rabu, 28 Maret 2012
Hari Biasa Pekan V Prapaskah

FIRMAN-KU TIDAK BEROLEH TEMPAT

"Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu." (Yoh 8:37)

Antifon Pembuka (bdk. Mzm 18:48-49)

Tuhan, Engkau membebaskan daku dari musuh. Engkau memberi aku kemenangan atas segala lawan dan merebut aku dari tangan orang jahat

Doa

Terima kasih Bapa, pada pagi ini Engkau mengajari kami bahwa hanya kepada Engkau sajalah kami harus percaya dan menyembah. Semoga sikap Sadrakh, Mesakh, dan Abednego memperkuat iman kami di tengah godaan dunia ini. Amin.

Bacaan dari Nubuat Daniel (3:14-20.24-25.28)

"Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya."

Sekali peristiwa berkatalah Nebukadnezar, raja Babel, kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego, “Apakah benar, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? Sekarang, jika kamu bersedia, demi mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah kamu menyembah patung yang kubuat ini! Tetapi jika kamu tidak menyembah, seketika itu juga kamu akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?” Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab, “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada Tuanku dalam hal ini. Jika Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami, Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya Raja. Tetapi seandainya tidak, hendaklah Tuanku mengetahui, bahwa kami tidak akan memuja dewa Tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang Tuanku dirikan itu.” Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar. Air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lipat lebih panas dari yang biasa. Kepada beberapa orang yang sangat kuat di antara tentaranya dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego, dan mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu. Tetapi terkejutlah Raja Nebukadnezar, lalu bangun dengan segera. Berkatalah ia kepada para menterinya, “Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?” Jawab mereka kepada raja, “Benar, ya Raja!” Kata raja, “Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu. Mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!” Maka berkatalah Nebukadnezar, “Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya tetapi melanggar titah raja, yang menyerahkan tubuh mereka karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah mana pun kecuali Allah mereka.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ayat. (Dan 3:52.53.54.55.56)
P. Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah leluhur kami.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus.
U Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau dalam bait-Mu yang mulia dan kudus.
U Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
I. Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau yang mendugai samudera raya.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau di bentangan langit.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah dalam hati yang baik dan menghasilkan buah dalam ketekunan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (8:31-42)

"Apabila Anak memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, maka kamu benar-benar murid-Ku, dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Jawab mereka, “Kami adalah keturunan Abraham, dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?” Kata Yesus kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa, dan hamba tidak tetap tinggal di rumah; yang tetap tinggal dalam rumah adalah anak. Tetapi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka. Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku, karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, seperti halnya kamu melakukan apa yang kamu dengar dari bapamu.” Jawab mereka kepada-Nya, “Bapa kami ialah Abraham.” Kata Yesus kepada mereka, “Sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah! Pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri.” Jawab mereka, “Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah.” Kata Yesus kepada mereka, “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Bacaan I menceritakan kisah heroik ketiga pemuda saleh, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Mereka dihadapkan pada pilihan: menyembah raja dengan jaminan tetap hidup atau bertahan pada iman mereka dengan konsekwensi mereka dibakar hidup-hidup. Tanpa ragu ketiganya memilih tetap bertahan dan setia dalam iman kepada Allah dengan segala risikonya. Sikap ketiganya telah menjadi teladan bagi teman-teman sebangsanya untuk tetap setia dan bertahan dalam iman meskipun harus berhadap dengan tantangan berat.

Orang yang setia adalah orang yang merdeka. Orang yang merdeka adalah mereka yang melakukan segala sesuatu seturut hati nuraninya tanpa ada paksaan karena keyakinan bahwa hal itu baik, benar, dan dikehendaki Tuhan. Yesus ingin para murid-Nya menjadi orang-orang yang merdeka, bebas dari belenggu dosa dan sungguh-sungguh berserah diri kepada-Nya.

Masa Prapaskah merupakan kesempatan istimewa untuk menanggalkan belenggu-belenggu dosa agar menjadi manusia merdeka. Masa ini juga adalah saat terindah bagi kita untuk membarui kesetiaan kita kepada Tuhan. Bersediakah kita?

Ya Tuhan, syukur atas kasih-Mu yang membebaskanku. Semoga aku senantiasa menjaga martabat itu dengan tetap setia dalam iman, panggilan, pekerjaan dan keluarga. Amin.

Ziarah Batin 2012, Renungan dan Catatan Harian

Renungan Harian Selasa, 27 Maret 2012

Pekan Prapaskah V (U)
Sta. Emma; St. Cyrilus dr Alexandria;
St. Rupertus; Nikodemus; Sta. Lucy Filipini

Bil 21:4-9,
Mzm 102:2-3,16-18,19-21,
Yoh 8:21-30
Bacaan Injil : Yoh. 8:21–30

Yesus berkata kepada orang banyak: ”Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.” Maka kata orang-orang Yahudi itu: ”Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu da­tang?” Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Kare­na itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan ma­ti dalam dosamu.” Maka kata mereka ke­pa­da-Nya: ”Siapakah Engkau?” Jawab Yesus ke­­pada mereka: ”Apakah gunanya lagi Aku ber­­bicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukata­kan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia.” Mereka tidak me­ngerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka ten­tang Bapa. Maka kata Yesus: ”Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bah­wa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, seba­gaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepa­da-Nya.” Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.

Renungan

Banyak orang suka mengeluh jika menghadapi kesulitan dan tantangan. Apa saja dikeluhkan. Mengeluh karena pekerjaan, gagal, macet, hujan, panas, doa tidak terkabul, dst. Sesungguhnya, orang yang selalu mengeluh biasanya adalah orang yang susah bersyukur dan sulit untuk setia.
Bangsa Israel mengeluh dan memberontak kepada Allah dan Musa ketika mereka mengalami keadaan yang sulit. Mereka tidak setia (Bil 21:4-9), . Ketidaksetiaan itu mendatang­kan kesengsaraan—ular tedung memagut mereka yang tidak setia itu. Keadaan ini menyadarkan mereka akan dosa-dosa mereka. Tuhan Allah kemudian mendatangkan pertolongan. Ia menyu­ruh Musa membuat ular dari tembaga dan ditinggikan pada sebuah tiang; dan bangsa Israel mesti memandang ular tembaga itu jika ingin hidup. Ini artinya mereka mesti membuka diri bagi pertolongan Allah agar selamat dengan memandang tanda keselamatan dari Allah sendiri.

Dan kini keselamatan itu sempurna dalam diri Yesus Kristus yang diutus oleh Allah Bapa. Dia bahkan rela ditinggikan di atas kayu salib demi keselamatan kita. Dialah tanda keselamatan kita

Ketika berbicara tentang anak manusia yang ditinggikan, Yesus merujuk ke salibNya sendiri (Yoh.19:18). Yesus mengetahui, selama ia masih hidup sebagai manusia, orang-orang akan memandangnya tak lebih daripada seorang manusia istimewa dari Nazaret.

Kita mengimani Yesus dan salibNya sebagai inti kebenaran iman Kristiani. Oleh iman kita mudah menerimanya. Disini kewajiban kita ialah menampilkan buah-buah salib, seperti kesalehan, penghargaan terhadap martabat manusia, kasih dan persaudaraan yang tulus. Dengan cara itu mungkin kita dapat menolong saudara-saudari yang mencari kebenaran untuk menemukan Tuhan.

Mari senantiasa bersyukur agar semakin mampu melihat dan merasakan kasih Tuhan, teristimewa dalam diri Yesus, Juru Selamat kita. Dengan penderitaan dan salib-Nya, hati kita terbuka untuk menemukan makna di balik penderitaan dan kesulitan yang kita hadapi.

Ya Tuhan, syukur dan terima kasih atas kasih, kebaikan, pertolongan dan rahmat-Mu. Semoga aku senantiasa mampu mensyukuri semuanya itu. Amin.

Sumber : Ziarah batin 2012 dan berjalan bersama sang Sabda 2012

Senin, Maret 26, 2012

Renungan Harian

Senin, 26 Maret 2012
HARI RAYA KABAR SUKACITA (P)
St. Ludgerus; St. Ireneus dr Sirmium

Yes 7:10-14, 8:10,
Mzm 40:7-8a,8b-9,10,11,
Ibr 10:4-10,
Luk 1:26-38
Bacaan Injil : Luk. 1:26–38

Dalam bulan yang keenam Allah me­nyuruh malaikat Gabriel pergi ke se­buah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang ber­tunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: ”Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: ”Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan men­jadi raja atas kaum keturunan Yakub sam­pai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” Kata Maria kepada malai­­kat itu: ”Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya: ”Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan se­sung­guhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Kata Maria: ”Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Renungan
Allah mengutus Malaikat Gabriel kepada Maria untuk memberitahukan bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Maria tentu saja terkejut mendengar kabar yang tak terduga ini. Namun, segera diyakinkan oleh malaikat bahwa semua yang ada di balik itu adalah Allah. Allah menanti jawaban dan kerja sama Maria untuk proyek yang agung ini. Maria menjawab, ”Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanmu itu”. Jawaban ini melukiskan keterbukaan hati, kerelaan dan kesediaan Maria untuk bekerja sama dengan Allah. Maria belum sepenuhnya mengerti apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi ia berani menanggapi dengan mantap panggilan Allah itu karena yakin bahwa Allah senantiasa menyertai dan terus berkarya.
Allah senantiasa memanggil kita untuk suatu tugas yang mulia, menghadirkan kasih dan kebaikan-Nya kepada sesama. Maria memberikan inspirasi kepada kita tentang perlunya keterbukaan hati, iman, dan kerendahan hati dalam menjawab panggilan Allah. Bersediakah kita menanggapi panggilan Allah walaupun banyak hal tidak kita mengerti?
Ya Allah, syukur atas teladan indah yang diberikan Maria dalam menanggapi panggilan-Mu. Semoga aku mampu seperti Maria dalam menjawab panggilan-Mu. Amin.

Sumber : Ziarah batin 2012

Jumat, Maret 23, 2012

23 Maret 2012
Pekan Prapaskah IV (U)
St. Alfonsus Toribio dr Mongroveyo; Sta. Sibilina Biscossi; St. Dismas

Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi ber­usaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun. Tetapi se­­sudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam.

Beberapa orang Yerusalem berkata: ”Bu­kan­kah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan me­re­ka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya.” Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: ”Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.” Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.


Renungan
Hidup benar, jujur, lurus dan saleh di zaman sekarang tidak mudah. Orang yang demikian sering harus berhadapan dengan tantangan dari orang-orang di sekitarnya. Ada yang disingkirkan dari pergaulan dan lingkungan kerja. Ada yang dibenci dan ada pula yang dituduh berbuat jahat melalui sebuah rekayasa.

Situasi serupa muncul dalam Bacaan Pertama. Hidup orang saleh dipandang sebagai gangguan oleh orang-orang yang tidak benar hidupnya. Maka, orang saleh mesti disingkirkan.

Mengapa? Kesalehan orang-orang benar membuat kejahatan orang-orang yang tidak benar menjadi terang-benderang. Kejahatan mereka menjadi jelas dan diketahui. Yesus pun dilihat sebagai gangguan oleh mereka yang hidupnya tidak benar. Mereka takut bahwa kedok dan kejahatan mereka terbongkar. Oleh karena itu, mereka merencanakan kejahatan terhadap Yesus dan mau menyingkirkan Dia. Hati mereka sudah dipenuhi keinginan untuk mencari-cari kesalahan Yesus agar dapat memuluskan rancangan jahat mereka. Keinginan mereka yang jahat itu bertolak belakang dengan kebaikan yang dilakukan oleh Yesus.

Kita dipanggil untuk menyuarakan dan menghidupi kebenaran, kejujuran dan ketulusan. Kendati harus berhadapan dengan berbagai tantangan dan godaan, kita harus tetap maju dan teguh. Beranikah kita?

Ya Yesus, Engkau tetap setia pada tugas perutusan-Mu meskipun berhadapan dengan berbagai tantangan dan godaan. Semoga aku pun setia mengikuti panggilan-Mu. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2012

Kamis, Maret 22, 2012

22 Maret 2012
Pekan Prapaskah IV (U)
St. Zakarias, Paus; Sta. Lea

”Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sen­­­diri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar; ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar. Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu. Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting daripada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya. Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah. Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa? Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?”

Renungan
Seorang pemuda menjadi Katolik. Sebelum dibaptis, dia ditanya oleh pastor tentang apa yang memberikan inspirasi kepadanya sehingga ia memilih menjadi seorang Katolik. Ia mengatakan bahwa ia tertarik melihat kehidupan tetangganya—sebuah keluarga katolik yang hidup baik, saleh, ramah, rukun, sangat peduli, terlibat dalam masyarakat dan murah hati.

Yesus, dalam Injil hari ini, menjelaskan tentang tugas perutusan-Nya ke dunia ini. Yesus tidak membutuhkan kesaksian dan pembenaran dari pihak manusia. Kesaksian yang paling penting adalah karya Yesus. Apa yang dikerjakan oleh Yesus sudah memberikan suatu kesaksian bahwa Dia adalah utusan Bapa, saksi Allah yang sejati. Ia menghadirkan belas kasih, kemurahan dan kebaikan Allah Bapa. Yesus dan Allah Bapa adalah satu. Sayang bahwa tidak semua orang mampu menangkap sinyal yang ditunjukkan oleh Yesus itu karena ketertutupan dan kedegilan hati mereka.

Kita adalah saksi. Kita dipanggil untuk menjadi saksi-saksi Kristus di mana pun kita berada. Kita dipanggil untuk menghadirkan kemurahan, kebaikan dan belas kasih Tuhan dalam keluarga, lingkungan kerja, komunitas dan di tengah-tengah masyarakat. Kesaksian yang paling manjur adalah kesaksian hidup seperti diteladankan oleh keluarga di atas.

Ya Tuhan, terima kasih karena Engkau telah berkenan memanggil aku menjadi pengikut-Mu. Semoga aku mampu memberi kesaksian bahwa aku ini sungguh-sungguh murid-Mu. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2012

Rabu, Maret 21, 2012

21 Maret 2012
Pekan Prapaskah IV (U)
St. Noel Pinot; St. Serapion

Tetapi Ia berkata kepada mereka: ”Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.” Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa me­nger­jakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepa­da-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepa­da-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sa­ma seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak meng­hormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa men­dengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.”

Renungan
Kita semua percaya dan yakin bahwa Allah senantiasa peduli, memperhatikan dan menyertai kita. Namun, kadang kala persoalan muncul ketika kita berhadapan dengan kenyataan yang sulit dan menyakitkan. Kita kadang tergoda untuk berpikir bahwa Tuhan tidak peduli dengan kita atau meninggalkan kita.

Perasaan yang sama dialami Bangsa Israel ketika mereka berada dalam pembuangan. Tetapi Tuhan Allah menegaskan bahwa Dia tetap menyertai mereka. Dia peduli, memberikan kelimpahan dan mencukupi kebutuhan mereka. Dia tidak akan melupakan dan meninggalkan mereka. Firman-Nya, ”Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan Engkau”. Dalam Injil, Yesus menegaskan bahwa Allah Bapa dan Dia senantiasa berada di tengah-tengah kita dan berkarya menyelenggarakan hidup kita.

Semoga kita semakin menyadari kehadiran Tuhan dan memberikan kesaksian bahwa Dia memperhatikan kita dengan saling memperhatikan, memberi diri dan hadir dalam berbagai peristiwa hidup sesama kita. Bersediakan kita?

Ya Tuhan, puji syukur karena Engkau senantiasa menyertai dan mengalirkan kelim­pahan kepadaku. Semoga aku mampu memberi perhatian kepada sesamaku. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2012

Selasa, Maret 20, 2012

20 Maret 2012
Pekan Prapaskah IV (U)
B. Sebastianus dr Torino; St. Fransiskus Maria dr Camporosso

Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; Barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya. Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya, ”Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu kepada-Nya, ”Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” Kata Yesus kepadanya, ”Bangunlah, angkat­lah tilammu dan berjalanlah.” Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan.

Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu, ”Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.” Akan tetapi ia menjawab mereka, ”Orang yang telah menyem­buhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Mereka ber­tanya kepadanya, ”Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?” Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang ba­nyak di tempat itu. Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.


Renungan
Injil hari ini mengisahkan tentang Yesus menyembuhkan seorang yang sudah 38 tahun mengalami sakit dan sangat mengharapkan kesembuhan. Yesus peduli dengan dia dan mengetahui kerinduan hatinya yang terdalam. Semua itu dilakukan oleh Yesus karena Yesus mencintai dia.

Mukjizat ini terjadi pada hari Sabat. Orang-orang Yahudi marah kepada Yesus karena Ia me­lang­gar peraturan hari Sabat. Mereka gagal melihat kebaikan yang dilakukan oleh Yesus ka­rena hati mereka diliputi kebencian dan sikap antipati. Sikap itu bagaikan kabut hitam yang mem­butakan mata hati dan iman mereka akan Yesus. Mereka bahkan berencana menyingkirkan Yesus.

Yesus memiliki kepedulian pada kebahagiaan dan keselamatan kita. Bagi Yesus, yang terpenting adalah hidup kita manusia. Kita mohon agar kita seperti Yesus: peka terhadap kebutuhan sesama, rela berbagi dan membantu sesama terutama mereka yang menderita. Kita juga mohon agar disembuhkan dari sikap acuh, benci dan antipati agar kita sanggup melihat kebaikan Tuhan dan sesama. Kita tidak harus menunggu sampai 38 tahun. Setiap hari, dalam perayaan Ekaristi, Yesus menjamah kita dan kita menjamah Dia. Maukah kita mohon kesembuhan dari Yesus?

Ya Yesus, terima kasih atas teladan kepedulian yang Engkau tunjukkan kepadaku. Semoga aku semakin peduli kepada sesamaku. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2012

Senin, Maret 19, 2012

19 Maret 2012
Hari RAya St. Yosef, Suami SP Maria (P)

Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.

Kelahi­r­­an Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, ber­tunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isteri­nya di muka umum, ia bermaksud men­ceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ”Yusuf, anak Daud, ja­nganlah engkau takut mengambil Maria seba­gai isterimu, sebab anak yang di dalam kan­dungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan mela­hirkan anak laki-laki dan engkau akan mena­ma­kan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa me­reka.”

Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf ber­­buat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya.


Renungan
Ada orang yang mengatakan bahwa semakin sulit ditemukan orang yang tulus hati di zaman sekarang. Barangkali ada benarnya juga. Kita bisa melihat di sekitar kita. Ada orang yang tutur katanya manis dan lembut, tetapi hatinya jahat dan sikapnya licik. Ada orang yang suka berpura-pura atau bersandiwara. Ada pula yang sikapnya diatur/dipoles sedemikian rupa agar orang lain terkecoh. Ada yang tampil alim dan dermawan, tetapi korup.

Kesan di atas jauh dari diri St. Yusuf. Dalam Injil, Yusuf ditampilkan sebagai pribadi yang sungguh tulus. Ia tidak pura-pura atau bersandiwara. Ia tidak berusaha mengelabui dan men­celakakan Maria. Ia tidak mencari keuntungan diri sendiri. Namun, ia sungguh menghargai Maria dan berusaha mencari jalan terbaik dalam menghadapi kenyataan bahwa Maria telah mengandung. Ini adalah ungkapan ketulusan dan iman Yusuf. Ketulusannya ini berbuah manis. Tuhan pun turun tangan pada saat yang tepat. Ketulusan hati Yusuf memberikan ruang yang mudah bagi Tuhan untuk berkarya.

Ketulusan hati memberi ruang bagi Tuhan untuk berkarya dalam dan melalui kita. Ketulusan hati berkenan di hadapan Tuhan. Dia menghendaki kita menjadi orang-orang yang tulus hati, senantiasa mengandalkan-Nya dan mengusahakan yang terbaik bagi sesama. Apakah kita mau?

Ya Tuhan, terima kasih atas pilihan kepada St. Yusuf dan atas teladan ketulusan hati­nya. Semoga aku mampu untuk selalu mengupayakan ketulusan hati di hadapan Engkau dan sesamaku. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2012

Minggu, Maret 18, 2012

Sabtu, Maret 17, 2012

Jumat, Maret 16, 2012

16 Maret 2012
Pekan Prapaskah III (U)

lalu seorang ahli Taurat, yang mende­ngar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya, ”Hukum manakah yang paling utama?” Jawab Yesus, ”Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih uta­ma dari pada kedua hukum ini.” Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus, ”Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama daripada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya, ”Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan seorang pun tidak berani lagi me­nanyakan sesuatu kepada Yesus.

Renungan
Ibu Teresa dari Calcuta pernah mengatakan bahwa dunia kita menderita karena sedikit kasih di dalamnya. Perkataan Ibu Teresa itu ada benarnya. Kita bisa menyaksikan apa yang terjadi di dunia saat ini. Kita tidak usah jauh-jauh. Kita lihat keadaan di negara kita. Kekerasan, kejahatan, dan pembunuhan cenderung meningkat akhir-akhir ini. Siapa yang membuat dunia ini kekurangan kasih? Siapa lagi kalau bukan manusia. Karena itu, manusia pula yang mesti bertanggung jawab menghadirkan kasih di dunia ini.

Yesus memberikan perintah yang paling mendasar bagi manusia, yaitu perintah kasih. Yesus mengajak kita untuk mengasihi Tuhan yang adalah sumber kasih dengan sepenuh hati dan secara total. Mengasihi Tuhan memungkinkan kita mampu mengasih diri dan sesama, sebab kasih itu berasal dari Tuhan. Tanpa kasih Tuhan, kita tidak akan sanggup berbuat kasih. Sejajar dengan kasih kepada Allah adalah kasih kepada diri dan sesama. Mengasihi diri sendiri di sini bukan berarti egois. Mengasihi diri sendiri berarti menerima diri dengan segala kelebihan dan kekurangan, menghormati diri sendiri dan menjaga, memelihara serta mensyukuri anugerah yang Tuhan berikan kepada kita. Jika kita mampu mengasihi diri sendiri, kita akan mampu mengasihi sesama kita. Kita akan mampu menghargai dan melindungi sesama, berbagi dan bermurah hati kepada sesama kita.

Kasih adalah identitas kita sebagai murid-murid Tuhan Yesus. Kasih memang mudah diucapkan, tetapi kasih selalu menuntut untuk diwujudnyatakan dalam tindakan sehari-hari. Dunia kita sangat haus akan kasih. Siapa lagi yang harus menghadirkannya kalau bukan kita. Bersediakan kita?

Ya Tuhan yang mahakasih, terima kasih atas kasih-Mu yang senantiasa Engkau alirkan kepadaku. Semoga aku semakin mampu menanggapi kasih-Mu itu dengan kasih kepada-Mu dan kepada sesama. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2011

Kamis, Maret 15, 2012

15 Maret 2012
Pekan Prapaskah III (U)
Sta. Lousia de Marrillac; St. Klemens Maria Hofbauer

Pada suatu kali Yesus mengusir dari se­orang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: ”Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” Ada pula yang me­minta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, un­tuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pi­kiran mereka lalu berkata: ”Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti run­tuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sen­diri, bagaimanakah ke­ra­jaannya dapat bertahan? Sebab kamu ber­kata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.

Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya me­nyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan ram­pasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia me­la­wan Aku dan siapa tidak mengumpulkan ber­sama Aku, ia mencerai-beraikan.”


Renungan
Orang yang keras kepala atau keras hati biasanya mengalami kesulitan dalam pergaulan de­ngan sesama. Ia sering merasa dirinya paling benar, pintar, dan sempurna. Akibatnya, ia mu­dah mempersalahkan dan menghakimi orang lain. Ia sulit melihat kebaikan dalam diri orang lain.

Dalam Bacaan Pertama, kita mendengar peringatan Tuhan Allah yang ditujukan kepada Bangsa Israel melalui Nabi Yeremia. Peringatan itu sehubungan dengan kekerasan dan ketegaran hati Bangsa Israel. Mereka tidak mau mendengarkan suara Allah dan memberi perhatian pada-Nya. Mereka lebih mengikuti kehendak dan rancangan mereka sendiri daripada rancangan dan kehendak Tuhan Allah. Akibatnya, mereka gagal menangkap dan merasakan kebaikan Allah. Kegagalan yang sama dialami oleh orang banyak yang menyaksikan mukjizat penyembuhan dari Yesus. Orang banyak gagal melihat dan mengalami kebaikan dan kasih Tuhan Yesus. Kegagalan itu terjadi karena mereka keras hati, sombong, dan iri hati. Mereka bukan hanya gagal, tetapi memunculkan kejahatan baru, yakni menghakimi dan menuduh Yesus.

Hati adalah pusat kepribadian manusia. Dari dalam hati muncul segala yang baik dan segala yang jahat. Oleh karena itu, kita perlu menjaga kemurniaan hati dan mendidik hati nurani. Kita pun perlu memelihara sikap rendah hati, lemah-lembut, dan tulus. Ketegaran hati hanya akan mem­buat kita gagal melihat dan merasakan kebaikan Tuhan dan sesama. Imbasnya, kita pun akan gagal menghadirkan kebaikan dalam hidup kita. Bagaimana dengan kita?

Ya Tuhan, puji syukur atas kebaikan-Mu yang Engkau limpahkan kepadaku. Semoga aku semakin terbuka terhadap kebaikan-Mu dan kebaikan sesama agar aku mampu mela­kukan perbuatan-perbuatan baik. Bantulah aku memelihara kesucian hati. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2011

Rabu, Maret 14, 2012

14 Maret 2012
Pekan Prapaskah III (U)
Sta. Matilda

”Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum le­nyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu ti­tik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hu­kum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan meng­ajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga.”

Renungan
Kesetiaan sangat dibutuhkan dalam hidup kita agar cita-cita kita terwujud dan kita bahagia. Dalam kenyataannya, kita tidak selalu bisa setia. Kerap kita terlena oleh berbagai godaan.

Dalam Bacaan Pertama, Musa mengingatkan bangsa Israel supaya mereka setia melakukan ketetapan dan peraturan dari Allah. Mereka diminta untuk setia melaksanakan hukum Taurat supaya mereka menjadi bangsa yang besar dan bijaksana. Tuhan Yesus dalam Injil hari ini juga menekankan pentingnya kesetiaan melaksanakan Sabda Tuhan. Yesus mengatakan bahwa Dia datang bukan untuk melenyapkan Hukum Taurat, melainkan menggenapinya. Yesus menyempurnakan Hukum Taurat dengan Hukum Cinta Kasih. Yesus meminta kita untuk setia melaksanakan Hukum Tuhan. Yesus sendiri menunjukkan kesetiaan akan tugas perutusan-Nya. Meskipun tantangan dan godaan datang menghadang, Yesus tetap setia bahkan Dia rela menyerahkan nyawa.

Kesetiaan membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Kesetiaan sangat diperlukan dalam mengikuti Yesus. Kalau kita setia maka kita akan mengalami kebahagiaan. Apakah kita setia selama ini?

Ya Tuhan, syukur dan terima kasih atas kesetiaan-Mu kepadaku. Ajarilah aku untuk setia menanti hukum-hukum-Mu. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2011

Selasa, Maret 13, 2012

13 Maret 2012
Pekan Prapaskah III (U)
Sta. Eufrasia; B. Ludovikus dr Casoria

Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: ”Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: ”Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama se­­­­­orang raja yang hendak mengadakan per­hitung­an dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, di­hadap­kanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual be­­­­ser­­ta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.Maka sujudlah ham­ba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.”

Renungan
”Mengampuni saja sulit, apalagi mengampuni dengan tulus”. Begitu kerap kita dengar pengalaman orang dalam mengampuni. Hari ini dalam Injil, Yesus berbicara tentang peng­am­punan. Yesus mengatakan, ”Bukan hanya 7 kali melainkan 70 x 7 kali”. Perkataan Yesus itu disampaikan untuk menjawab pertanyaan Petrus tentang berapa kalikah ia harus mengampuni jika ada saudara yang bersalah terhadapnya. Apakah cukup 7 kali? Dengan jawaban itu, bukan berarti bahwa Yesus membatasi pengampunan pada jumlah. Yesus mau mengatakan bahwa pengampun­an itu tiada batas, terus-menerus dan mesti dilakukan seumur hidup kita. Selama kita hidup, selama itu pula kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita, entah dia minta maaf kepada kita atau tidak. Kita diajak oleh Yesus untuk mengampuni secara total, tuntas, dan sempurna.

Setiap hari kita mendoakan doa Bapa Kami. Dalam salah satu baitnya kita memohon ”ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami”. Doa itu hendaknya tidak hanya di bibir, tetapi mesti kita realisasikan dalam hidup sehari-hari. Bersediakah kita?

Ya Tuhan, syukur dan terima kasih atas pengampunan-Mu yang tiada henti dalam hidup­ku. Semoga aku pun senantiasa bersedia mengampuni yang bersalah kepadaku. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2011

Senin, Maret 12, 2012

12 Maret 2012
Pekan Prapaskah III (U)
St. Gregorius l/Agung, Paus; St. Maximilianus; St. Theofanus; Sta. Yustina dr Arezzo; B. Aloisius Orione

Kata-Nya lagi: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku ber­kata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perem­puan janda di Sarfat, di tanah Sidon.

Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.” Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.


Renungan
Ditolak merupakan pengalaman yang sangat menyakitkan apalagi ditolak oleh orang yang dekat dengan kita. Penolakan bisa menimbulkan perasaan sedih dan kecewa terlebih lagi jika kita ditolak karena perbuatan baik dan benar yang kita lakukan.

Injil hari ini mengisahkan penolakan yang dialami oleh Yesus di Nazaret. Yesus ditolak karena pengajaran-Nya. Orang-orang yang berada di Bait Allah dan mendengarkan-Nya marah dan mengusir Yesus karena mereka merasa tersinggung dengan ajaran-Nya. Mereka merasa bahwa merekalah yang dimaksudkan oleh Yesus dalam pengajaran-Nya itu. Mereka menutup pintu hatinya terhadap Yesus dan pengajaran-Nya.

Mereka tidak mau percaya kepada Yesus. Padahal, Yesus tidak bermaksud menyinggung atau menyulut kemarahan mereka. Yesus mau supaya mereka percaya kepada-Nya dan selamat. Yesus mengharapkan mereka mau membuka hatinya. Semua itu dilakukan Yesus karena cinta-Nya kepada mereka.

Yesus mengajarkan kepada kita betapa pentingnya beriman, percaya, berserah, dan membuka hati terhadap Dia. Jika kita percaya dan beriman maka kita akan mengalami mukjizat-mukjizat dari Tuhan setiap hari.

Ya Tuhan, maafkan aku bila sering kali menolak-Mu. Mampukan aku untuk membuka hati dan menjawab tawaran kasih-Mu. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2011

Jumat, Maret 09, 2012

9 Maret 2012
Pekan Prapaskah II (U)
St. Primus dan St. Felicianus; St. Efrem; Sta. Fransiska Romana; St. Gregorius dr Nyssa

"Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu. Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi merekapun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?"

Kata mereka kepada-Nya: "Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya."

Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu."

Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya. Dan mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi.

Renungan
Injil hari ini mengisahkan perumpamaan tentang kebun anggur dan para penggarap. Tuan pemilik kebun itu sungguh seorang yang murah hati. Ia memberikan kepercayaan kepada para penggarap kebun anggurnya. Harapannya, kebun anggurnya diolah dengan baik sehingga memberi hasil yang maksimal. Maka pada waktunya ia mengutus orang yang dipilihnya, bahkan anaknya sendiri kepada para penggarap itu untuk mengadakan perhitungan. Tetapi apa yang terjadi? Mereka menganiaya dan membunuh utusan-utusan tersebut. Kesombongan dan keserakahan telah membuat mereka bertindak kejam. Mereka pun gagal melihat kebaikan pemilik kebun itu. Pemilik kebun adalah Tuhan yang sungguh baik hati kepada kita dan memberi banyak karunia. Sedangkan para penggarap itu adalah gambaran orang yang tidak bertanggung jawab atas hidup dan tidak tahu berterima kasih. Kepada kita, Tuhan telah mempercayakan kebun anggurnya, menganugerahkan banyak karunia, bakat, dan kemampuan. Dia mengharapkan kita mengolahnya dengan baik, bertanggung jawab, dan menghasilkan buah pada waktunya.

Ya Bapa, terima kasih atas karunia yang Engkau limpahkan kepadaku. Semoga aku dapat mengembangkannya dengan baik demi kebaikanku dan sesama. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2011

Kamis, Maret 08, 2012

8 Maret 2012
Pekan Prapaskah II (U)
St. Yohanes de Deo; St. Yulianus dr Toledo; St. Filemon dan Apolonios; St. Petrus Obazin

”Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya de­ngan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dili­hatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pang­kuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain daripada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.”

Renungan
Melalui warta Injil hari ini, kita disuguhi kisah orang kaya dan Lazarus si miskin. Di dunia, orang kaya ini hidup dalam kemewahan, sedangkan Lazarus menderita. Si kaya tidak peduli dengan keadaan Lazarus. Dia begitu mengandalkan kekuatan dan harta bendanya. Sedangkan Lazarus tidak punya andalan apa-apa selain Tuhan. Setelah keduanya mati, keadaan berputar 180 derajat. Orang kaya itu masuk ke dalam penderita kekal, sedangkan Lazarus mengalami kebahagiaan abadi. Apa yang salah dengan si kaya itu? Kesalahannya bukan terletak pada kekayaannya, tetapi pada sikapnya yang keliru terhadap harta benda. Dia begitu mengagungkan harta duniawi sehingga mengabaikan Tuhan dan sesama, terutama yang menderita.

Bacaan I dengan tegas pula menandaskan hal ini, ”Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia…. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan”. Tanda bahwa kita mengandalkan Tuhan antara lain terwujud dalam sikap rela berbagi dengan sesama, peduli, dan berlaku adil.

Ya Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau rela berbagi denganku, bahkan rela menyerahkan nyawa-Mu untuk keselamatanku. Ajarilah aku untuk senantiasa bersandar pada-Mu dan rela berbagi dengan sesama. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2011

Rabu, Maret 07, 2012

7 Maret 2012
Pekan Prapaskah II (U)
Sta. Perpetua dan Felisitas, Mrt.

Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: ”Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk me­minta sesuatu kepada-Nya.

Kata Yesus: ”Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: ”Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: ”Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: ”Kami dapat.”Yesus berkata kepada mereka: ”Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.”

Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu ber­kata: ”Kamu tahu, bahwa pemerintah-pe­merintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”


Renungan
Apa itu pelayanan? Setiap orang mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Seorang sahabat mengatakan bahwa melayani berarti melakukan sesuatu pekerjaan dengan keyakinan bahwa hal itu dikehendaki Allah untuk kebaikan bersama. Ibu Teresa dari Calcuta pernah berkata, ”Lakukanlah hal-hal kecil dengan cinta yang besar”. Jika kita yakin bahwa suatu pekerjaan me­ru­pa­kan panggilan Allah maka kita akan melakukannya dengan penuh cinta dan kerendahan hati.

”Barang siapa hendak menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu… hendaklah ia menjadi hambamu”. Bagi Yesus, jalan untuk menjadi terkemuka bukan dengan power dan kedudukan, tetapi dengan menjadi pelayan bagi sesama. Sabda ini memang tidak sejalan dengan paham dunia ini. Dunia kerap memandang power dan kedudukan sebagai jalan untuk menjadi terkemuka. Berkuasa atas hidup orang lain dilihat sebagai cara menjadi besar di mata orang. Yesus menunjukkan hal yang lain. Dia telah datang ke dunia dan menjadi bagian dari kita manusia, bahkan rela mati untuk keselamatan kita. Itulah pelayanan yang paling agung.

Bersediakah kita mengikuti jejak Yesus dalam melayani?

Ya Tuhan, syukur atas pelayanan-Mu yang total kepadaku sampai Engkau rela mati di salib. Semoga aku mampu meneladani semangat pelayanan-Mu. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2011

Selasa, Maret 06, 2012

6 Maret 2012
Pekan Prapaskah II (U)
St. Marsianus dr Konstantinopel; St. Hesikios; St. Fridolin

Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: ”Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletak­­kannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pe­mim­­pin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barang siapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Renungan
Ada pepatah kuno mengatakan, ”Emas tetaplah emas sekalipun keluar dari mulut anjing”. Pepatah itu menandaskan bahwa perkataan, nasihat, dan ajaran yang baik dan bermutu tetap sesuatu yang baik dan bermutu walaupun datang dari orang yang tidak baik. Kita tetap diharapkan memberi perhatian akan hal itu. Hanya kerap muncul penolakan dari diri kita, ”Ah…, dia sendiri tidak melakukannya, buat apa kita melaksanakannya?”

Injil hari ini memuat peringatan Yesus kepada para pengikut-Nya supaya mereka kritis terhadap Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Ajaran mereka yang baik dan benar mesti dilakukan. Lagi pula mereka memiliki otoritas untuk mengajar. Akan tetapi, Yesus mengingatkan para pengikut-Nya untuk tidak mencontoh perbuatan Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi karena mereka tidak melakukan apa yang mereka ajarkan. Dengan itu, Yesus mau menandaskan betapa pentingnya keselarasan perbuatan dan perkataan agar para pengikut-Nya tidak jatuh dalam sikap munafik.

Sabda Yesus merupakan sebuah tantangan bagi kita agar kita selalu menyelaraskan perbuatan dan perkataan kita. Kalau kita bisa menyelaraskan keduanya, kita senantiasa diharapkan mampu menghasilkan pertobatan sejati yang berbuah lewat sikap rendah hati, melayani, adil dan berbelas kasih. Maukah kita?

Diambil dari Ziarah Batin 2011

Senin, Maret 05, 2012

GEMA 3-4 Maret 2012


5 Maret 2012
Pekan Prapaskah II (U)
St. Yohanes Yosef; Gerasimos; St. Eusebius dr Kremona

”Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati. Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”

Renungan
Siapa yang tidak senang dengan orang yang murah hati? Kita merasa aman dan nyaman berada di samping orang yang murah hati. Sebaliknya, kita merasa kurang enak bila berada di sekitar orang yang pelit apalagi serakah. Bisa-bisa hak kita dirampasnya.

Injil hari ini berisi nasihat Yesus tentang kemurahan hati: ”Hendaklah kamu murah hati, sebagaimana Bapa-Mu adalah murah hati”. Yesus meminta para murid-Nya berlaku murah hati seperti Allah Bapa. Kemurahan hati itu ditandai antara lain oleh sikap tidak menghakimi dan menghukum, melainkan sikap rela mengampuni, memberi dan berbagi. Dasar kemurahan hati itu adalah Allah yang bermurah hati kepada manusia. Oleh karena itu, betapa pentingnya menyadari kemurahan hati Allah itu. Penulis Kitab Daniel (Bacaan I) memberikan teladan indah akan hal ini. Dalam doa dan keluh-kesahnya, ia sungguh sadar akan Allah yang berbelas kasih, mengampuni dan murah hati. Pada saat yang sama pula, ia sadar akan dosa dan kesalahannya dan orang sebangsanya. Kesadaran inilah yang menghantar kepada pertobatan dan pembaruan diri sejati.

Yesus meminta kita senantiasa tampil sebagai pribadi yang murah hati. Jika kita memberi sesuatu, berilah dengan tulus dan penuh kasih. Jika kita memaafkan, maafkan dengan tulus hati. Jika kita menolong, lakukanlah dengan sukarela dan sukacita. Bersediakah kita?

Ya Bapa yang Mahamurah, syukur atas kemurahan hati-Mu yang kualami setiap detik kehidupanku. Semoga aku mampu bersikap murah hati seperti Engkau. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2011

Kamis, Maret 01, 2012

1 Maret 2012
Pekan Prapaskah I (U)
St. Feliks III (II), Paus; St. David; Sta. Magdalena dr Kanossa

”Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya. Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Renungan
Pernah suatu kali, seorang bercerita bahwa dia pergi ke dukun ketika dia menghadapi suatu persoalan. Dukun itu memberikan beberapa nasihat dan dia disuruh minum air yang telah didoakan. Dia menuruti saja apa yang diminta oleh sang dukun. Apa yang terjadi? Persoalan bukannya teratasi tapi malah tambah parah dan muncul persoalan-persoalan baru. Dia bahkan meninggalkan Yesus dan Gereja.

Ratu Ester dalam Bacaan I datang kepada Tuhan Allah ketika dia dan bangsa Israel berada dalam keadaan terancam. Ester menyampaikan keluh-kesah dan kesulitan yang dialami. Dia yakin akan kebaikan Tuhan Allah dan pertolongan-Nya. Tuhan Yesus dalam warta Injil hari ini mengajak para pengikut-Nya untuk senantiasa datang kepada Allah Bapa. Bapa adalah Allah yang Mahabaik dan senantiasa memberikan yang terbaik kepada manusia. Dia akan mengabulkan setiap permohonan anak-anak-Nya. Dia akan memberikan yang terbaik kepada kita di saat kita membutuhkannya.

Yesus mengundang kita untuk semakin setia datang kepada Bapa. Bapa selalu memberikan yang terbaik kepada kita. Bersediakah kita senantiasa datang kepada-Nya?

Ya Tuhan yang Mahabaik, terima kasih karena Engkau begitu baik kepadaku. Ajarilah aku untuk setia datang kepada-Mu dan berlaku baik hati kepada sesamaku. Amin.

Diambil dari Ziarah Batin 2011